LOGO

Sport

Tragedi Kanigoro, Penyerbuan Massa PKI ke Ponpes Al-Jauhar Jelang Subuh

Tragedi Kanigoro, Penyerbuan Massa PKI ke Ponpes Al-Jauhar Jelang Subuh

13/01/2021 07:33:38
Peristiwa Kanigoro lebih diingat sebagai bukti kekejian PKI kepada umat Islam dan ini kali pertama PKI melakukan penyerangan besar-besaran di Kediri.
  • Peristiwa Kanigoro lebih diingat sebagai bukti kekejian PKI kepada umat Islam dan ini kali pertama PKI melakukan penyerangan besar-besaran di Kediri.

Liputan6.com, Jakarta - Jarum jam pada 13 Januari 1965, menunjukkan pukul 04.35 WIB. Sebanyak 127 peserta pelatihan mental Pelajar Islam Indonesia (PII) di Pondok Pesantren Al-Jauhar, Desa Kanigiro, Kecamatan Kras, Kediri, Jawa Timur sedang asyik membaca Alquran dan bersiap untuk menunaikan ibadah salat Subuh.

Namun, tiba-tiba sekitar seribu anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) membawa berbagai senjata datang menyerbu. Sebagian massa PKI masuk masjid, mengambil Alquran dan memasukkannya ke karung.

"Selanjutnya dilempar ke halaman masjid dan diinjak-injak," kata Masdoeqi Moeslim menceritakan peristiwa 56 tahun lalu itu kepada Majalah Tempo (2012) di kediamannya di Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri.

Setelah itu, para peserta pelatihan dibawa dan dibawa ke depan masjid. Masdoeqi melihat sendiri dengan dua matanya ketika semua panitia diikat dan ditempeli senjata oleh massa PKI.

Bukan hanya itu, dia turut menyaksikan saat massa PKI menyerang kediaman pengasuh Pondok Pesantren Al-Jauhar, Kiai Jauhari dan adik ipar pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kiai Makhrus Aly. Ayah Gus Maksum itu diseret dan ditendang ke luar rumah.

Kemudian, massa PKI mengikat dan membawa Kiai Jauhari dan 98 orang lainnya ke markas kepolisian Kras yang berjarak 5 kilometer dan menyerahkannya kepada polisi. Di sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, mereka diancam akan dibunuh dan dicaci maki oleh para massa PKI.

"Pak Kiainya diludahi kepala, dibuat mainan kemudian ditendang dan kita diikat dan rencananya akan dibunuh di tengah jalan," ujar Ketua Yayasan Kanigoro dan eks korban G30S/PKI Ibrahim Rais saat berbincang dengan Liputan6.com di Wisma Guru PGRI Surabaya, Senin, 23 Mei 2016.

Sekelompok PKI itu mengatakan ingin menuntut balas atas kematian kader PKI di Madiun dan Jombang, yang tewas dibunuh anggota Nahdlatul Ulama (NU). Pada akhir 1964, memang terjadi pembunuhan atas sejumlah kader PKI di Madiun dan Jombang.

"Utang Jombang dan Madiun dibayar di sini saja," tutur Masdoeqi, menirukan teriakan salah satu anggota PKI yang menggiringnya, dikutip dari Tempo.

Rentetan peristiwa itu selanjutnya dikenal dengan Tragedi Kanigoro. Bahkan, peristiwa Kanigoro lebih diingat sebagai bukti kekejian PKI kepada umat Islam. Ini kali pertamanya PKI melakukan penyerangan besar-besaran di Kediri.

Hubungan antara kelompok santri dan PKI sebelumnya memang sudah tegang, namun tak pernah ada korban jiwa. Tempo menyebutkan penyerbuan Kanigiro tidak memakan korban jiwa. Kendati begitu, tragedi itu menimbulkan trauma sekaligus kemarahan kalangan pesantren dan anggota Ansor Kediri, yang sebagian besar santri pesantren.

Ketegangan antara PKI dan santri makin membara. Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kiai Idris Marzuki, mengakui atmosfer permusuhan antara santri dan PKI telah berlangsung jauh sebelum pembantaian.

"Bila berpapasan, kami saling melotot dan menggertak," ucapnya.


Pemanasan Jelang Kudeta

Sementara itu, Ibrahim menyebut peristiwa Kanigoro tersebut merupakan uji coba untuk mengukur kekuatan lawan PKI atau kelompok anti-PKI. Pelajar Islam Indonesia dinilai menjadi salah satu kelompok penentang PKI. Dengan uji coba itu, mereka ingin mengetahui reaksi yang ditunjukkan kelompok umat Islam lainnya.

"Dan yang kedua adalah latihan bagi kader PKI untuk menggerebek dan kalau perlu untuk membantai pada suatu saat nanti kalau sudah waktunya," jelas Ibrahim.

Dia meyakini insiden yang terjadi 56 tahun lalu itu sudah direncanakan. Berdasarkan dokumen yang diketahuinya, Ibrahim mendapati PKI telah menyusun daftar orang-orang yang wajib dibantai saat itu. Ada pula lubang-lubang yang sudah disiapkan di desa itu untuk mengubur umat Islam yang akan dibantai.

"Jadi, PKI itu sudah mempunyai rencana jahat dan Alhamdulillah di Jakarta, kudeta mereka gagal. Kemudian segera dikuasai oleh aparat, terutama oleh TNI, sehingga gagal total kudeta mereka," jelas Ibrahim.

Di sisi lain, tragedi Kanigoro disebut memperkuat tekad kaum pesantren dan anggota Ansor di Kediri, termasuk Abdul, membantai anggota PKI. Pembantaian mencapai puncaknya ketika pemerintah mengumumkan bahwa PKI adalah organisasi terlarang. Abdul dan para anggota Ansor lainnya semakin yakin bahwa perbuatan mereka benar.

"Seperti api yang disiram bensin, kami semakin mendapat angin untuk memusnahkan PKI," kata Masdoeqi, mengutip dari Tempo.

 

 

Berita selanjutnya