LOGO

Sport

Kisah Pertarungan Ayam Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun

Kisah Pertarungan Ayam Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun

15/04/2021 06:40:55
Kisah pertarungan ayam Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun
  • Kisah pertarungan ayam Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun

PENELITIAN yang dilakukan di lokasi Banten Girang di tahun 1988 pada program Ekskavasi Franco Indonesia, berhasil menemukan titik terang sejarah Banten. Walaupun dengan keterbatasan penelitian, namun banyak bukti baru yang ditemukan. 

Untuk mencapai Banten Girang dapat ditempuh melalui jalan ke arah Pandeglang sampai di Desa Sempu kemudian melewati jalan sekitar seratus meter menyeberangi Sungai Cibanten, di seberang sungai inilah terdapat situs Banten Girang.

“Maka dapat dipastikan bahwa keberadaan Banten ternyata jauh lebih awal dari perkiraan semula dengan ditemukannya bukti baru bahwa Banten sudah ada di awal abad ke 11 – 12 Masehi,” ujar Abdu Hasan juru kunci petilasan Banten Girang yang terdapat makam Mas Jong dan Agus Jo.

Baca juga: Kisah Tionghoa Peranakan Muslim di Lasem, Sehari-hari Pakai Bahasa Jawa

Lokasi awal dari Banten tidak berada di pesisir pantai, melainkan sekitar 10 Kilometer masuk ke daratan, di tepi sungai Cibanten, di bagian selatan dari Kota Serang sekarang ini. Wilayah ini dikenal dengan nama “Banten Girang” atau Banten di atas sungai, nama ini diberikan berdasarkan posisi geografisnya.

Di Banten Girang terdapat makam Ki Mas Jong dan Agus Ju. Menurut sejarah, Ki Mas Jong dan Agus Ju adalah kakak adik yang pertama masuk Islam dari penduduk Banten Girang dan menjadi pengikut setia Sultan Islam pertama Sultan Hasanuddin. Makam ini terletak di Desa Karundang (Sempu) Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. 

“Peziarah makam Ki Mas Jong lebih banyak orang yang ingin karier dan jabatannya mulus di kantornya. Mereka biasanya mencari wangsit di makam ini sampai pagi. Hal ini karena Ki Mas Jong dikenal sebagai Patih Raja Pucuk Umum,” terang Abdu. 

Selain itu banyak pula jawara yang ziarah ke makam Ki Mas Jong. Mereka diceritakan sebagai jawara pada masanya. Kepahlawan mereka dalam membela rakyat miskin sering jadi referensi masyarakat tentang jawara yang sebenarnya. Mereka itu dimitoskan masyarakat sebagai orang yang memiliki kadigdayaan yang luar biasa.

Keberadaan makam itu tak lepas dari seorang ulama yang sekarang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, penduduk asli Pasai, bagian utara Sumatera setelah tinggal beberapa lama di Makkah dan Demak, pada saat itu telah menetap di Banten Girang, dengan tujuan utama untuk menyebarkan ajaran agama Islam. 

Baca juga: Asal-Usul Sunan Kalijaga dan Kidung Penolak Bala Kejahatan

Walaupun pada awalnya kedatangannya diterima dengan baik oleh otoritas setempat, tetapi Ia tetap meminta Demak mengirimkan pasukan untuk menguasai Banten ketika ia menilai waktunya tepat. Dan adalah puteranya, Hasanudin, yang memimpin operasi militer di Banten untuk menaklukkan Prabu Pucuk Umum.

Berkaitan dengan kekalahan Prabu Pucuk Umun oleh Maulana Hasanudin, dikatakan Abdu Hasan terdapat sebuah mitos yang diceritakan secara lisan dari satu generasi ke generasi lain. Cerita itu oleh masyarakat Lebak dikenal dengan nama tubuy yang merupakan cerita pantun yang dituturkan secara lisan.

Berita selanjutnya