LOGO

Sport

12 Pahlawan Beragama Katolik, Berikut Deretan Perjuangan dan Jasanya

12 Pahlawan Beragama Katolik, Berikut Deretan Perjuangan dan Jasanya

25/12/2023 05:00:35
Mereka tidak hanya terlibat dalam perang namun juga menyumbangkan gagasan dan karya mereka untuk bangsa
  • Mereka tidak hanya terlibat dalam perang namun juga menyumbangkan gagasan dan karya mereka untuk bangsa

JAKARTA - Perjuangan bangsa Indonesia dilakukan seluruh elemen masyarakat, tak terkecuali para pahlawan nasional yang beragama Katolik.

Dari banyaknya pahlawan yang gugur di medan perang demi memperjuangkan bangsa dan negara terdapat tokoh-tokoh Katolik yang turut serta. Mereka tidak hanya terlibat dalam perang, namun juga menyumbangkan gagasan dan karya mereka untuk bangsa.

Okezone merangkum 12 pahlawan nasional Indonesia yang beragama Katolik. Berikut ulasannya:

1.Wage Rudolf Soepratman

W.R Soepratman adalah pahlawan nasional sekaligus pencipta lagu Indonesia Raya. Ia anak seorang sersan di Batalyon VIII yang bernama Senen.

Pada 1914, pahlawan yang lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903 ini ikut Roekijem, saudara perempuannya ke Makassar. Di sana ia menempuh pendidikan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama

2.Willem van Eldik

Saat berusia 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Setelah dua tahun, ia memperoleh ijazah Klein Ambtenaar.

Dari Makassar, ia lalu kembali ke Jawa tepatnya ke Bandung dan menjalani profesi sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaannya itu tetap dilakukannya meski tinggal di Jakarta.

Soepratman diketahui pandai menggubah lagu dan biola. Sebab, saat berada di Makassar, ia mendapatkan pelajaran musik dari kakak iparnya.

Pada 1924, saat di Bandung, ia menggubah lagu Indonesia Raya. Lagu itu mulai diperkenalkan pada Oktober 1928 saat Kongres Pemuda II.

3. Albertus Soegijapranata

Albertus Soegijapranata adalah seorang pahlawan nasional sekaligus uskup. Ia ditahbiskan sebagai uskup pribumi pertama 1940 oleh keputusan Paus Pius XII.

Sebagai uskup, Soegija pada saat itu membawahi pastor-pastor Belanda. Untuk menunjukkan nasionalismenya, ia menyebutkan semboyan “100% Katolik 100% Indonesia”.

Saat tragedi kekacauan di Semarang, Soegija menengahi konflik. Dan saat, ibu kota RI dipindahkan ke Yogyakarta, ia turut memindahkan pusat administrasinya dari Semarang ke Yogyakarta.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Berita selanjutnya