LOGO

Sport

Menelusuri Sejarah Biara Ursulin Santa Maria, Bangunan Penanda Kebangkitan Kaum Hawa

Menelusuri Sejarah Biara Ursulin Santa Maria, Bangunan Penanda Kebangkitan Kaum Hawa

26/12/2022 05:15:00
Kedatangan 7 biarawati Ursulin dari Rotterdam, Belanda, ke Batavia bak sebuah penanda kebangkitan kaum hawa di Batavia.
  • Kedatangan 7 biarawati Ursulin dari Rotterdam, Belanda, ke Batavia bak sebuah penanda kebangkitan kaum hawa di Batavia.

JAKARTA, KOMPAS.com - Biara Ursulin Santa Maria terletak di dalam kompleks Sekolah Kejuruan Pariwisata Santa Maria di Jalan Juanda Nomor 29, Jakarta Pusat.

Biara ini menjadi bagian penting bagi sudut Kota Jakarta yang lekat dengan budaya Belanda.

Sejarah biara ini berawal pada 7 Februari 1856, rombongan 7 biarawati Ursulin tiba di Batavia dengan kapal Hermaan.

Mereka kemudian tinggal di Noordwijk Straat 29 (sekarang Jl Juanda 29), di bagian kawasan kota Batavia berpengaruh di bekas benteng Rijswijk yang diperbaiki Mayor Schultze atas perintah Daendels tahun 1810.

Lokasi berseberangan dengan Harmonie, kawasan dinamis tempat berkumpulnya para sosialita Belanda zaman itu.

Kebangkitan kaum hawa

Kedatangan 7 biarawati Ursulin dari Rotterdam, Belanda, ke Batavia bak sebuah penanda kebangkitan kaum hawa di Batavia.

Mereka berangkat dengan Kapal Herman, 19 September 1855, dan merapat di Pelabuhan Tanjung Priok pada 7 Februari 1856.

Kala itu, Terusan Suez belum dibuka sehingga kapal harus berlayar ke Batavia mengelilingi Benua Afrika dan melewati Samudra Atlantik selama 140 hari.

Di Batavia, Monsiegneur Vrancken, Vikaris Apostolik Vikariat Batavia (1848-1874), sudah menunggu. Akhir tahun 1853, ia membeli satu rumah di atas lahan nan luas di Noordwijk (kini Jalan Juanda) 29, seharga 30.000 gulden.

Surat rumah atas nama Elisabeth Adriana Roseboom, janda mendiang Jeremias Schill, seorang pemuka Freemanson.

Berita selanjutnya