- Membandingkan lapangan sepak bola Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) di kawasan Petojo dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno, di Senayan memang seperti tak ada apa-apanya alias tak sebanding.
15/02/2019 10:34:00

Bola.net - Membandingkan lapangan sepak bola Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) di kawasan Petojo dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno, di Senayan memang seperti tak ada apa-apanya alias tak sebanding.
Namun lapangan yang beralamat lengkap di Jalan Petojo VI No 2 Rt 3 Rw 6, Cideng, Gambir, Jakarta Pusat ini merupakan saksi utama sejarah lahirnya klub kebanggaan warga ibu kota, Persija Jakarta, yang belakangan juga kerap menggelar laga kandang di SUGBK.
Di lapangan VIJ inilah pertama kalinya Persija bermarkas. VIJ sendiri merupakan bond alias perkumpulan sepak bola Hindia Belanda, yang didirikan tahun 1928. Dari bond inilah yang kemudian menjadi Persija pada tahun 1942.
Di luar itu, Lapangan VIJ ini ibarat monumen khusus, Mohammad Husni (MH) Thamrin, pahlawan nasional asal Jakarta. Dialah pemprakarsanya. MH Thamrin menyumbangkan 2000 gulden dari kantong pribadinya saat itu, hingga akhirnya kaum pribumi bisa memiliki lapangan sepak bola yang layak.
Tidak hanya itu, MH Thamrin, yang dilahirkan pada 16 Februari 1894 juga membawa sepak bola dalam perjuangan kebangsaan. Salah satunya dengan tidak memakai nama Batavia atas nama asosiasi ini, melainkan Jacatra.
Ketika itu, pemerintah kolonial Belanda memang menerapkan politik ras dalam kehidupan sosial masyarakat. Dan golongan bumiputera alias pribumi ditempatkan di kasta terbawah.
Sikap rasis itu juga merasuk ke dalam sepak bola. Klub-klub bumiputera dilarang berkompetisi di dalam Voetbal Bond Batavia Omstreken (VBO), perkumpulan sepak bola kaum Belanda. Sebab, VBO sebagai bond yang menaungi klub-klub Belanda memang dilarang berdiri sejajar bersama para inlander.
“Verboden voor inlander en honden,” (dilarang bagi pribumi dan anjing) adalah kata-kata menyakitkan yang seringkali terpampang dalam gelanggang olahraga Belanda.
Kegelisahan Bumiputera
Kegelisahan para bumiputera ini, menurut Abdillah Afiif, anggota tim penulis buku "Gue Persija" didengar MH Thamrin. Kemudian, selain diangkat sebagai pelindung VIJ, MH Thamrin juga ikut mendukung perjuangan PSSI.
MH Thamrin seringkali mengajak koleganya di Dewan Rakyat untuk ikut menghadiri pertandingan yang diselenggarakan PSSI. Dia juga suka mengajak anggota Dewan Rakyat ikut bermain dalam pertandingan persahabatan.
Kehadiran elite politik tersebut merupakan bentuk dukungan moril terhadap perjuangan bangsa Indonesia melalui sepak bola.
Momentum Pemersatu
Sementara Roni Adi Tenabang, Ketua Perkumpulan Betawi Kita, menyebut semangat MH Thamrin membawa sepak bola dan rakyat kecil dalam perjuangan politiknya harus diingat lagi di masa kini. Apalagi dikaitkan dengan kondisi sekarang, di mana Persija, yang merupakan juara Liga 1 2018, tidak memiliki lapangan untuk berlatih yang representatif di Jakarta.
“Ini merupakan momentum untuk mengembalikan sepak bola sebagai perjuangan dan pemersatu dengan membangun stadion yang layak bagi Persija. Betawi Kita ingin Gubernur Anies Baswedan menyelesaikan apa yang telah dibangun oleh MH Thamrin,” ujar Roni.
Sumber: Betawi Kita.id