- Sebab saat ini ia belum melihat adanya solusi konkret yang menguntungkan bagi semua pihak
06/04/2019 11:03:14
SEORANG pelanggan angkutan umum, Aprian (26) menganggap peremajaan bus berbadan sedang seperti Metromini, Koantas Bima, Kopami Jaya maupun Kopaja sangat baik demi kenyamanan bersama.
Namun, dia meminta wacana peremajaan itu dibarengi dengan solusi yang jelas kepada para sopir maupun operator bus. Sebab, saat ini ia belum melihat adanya solusi konkret yang menguntungkan bagi semua pihak, sehingga kebijakan ini belum berjalan mulus.
"Sebetulnya peremajaan bagus, tapi saya lihat tidak memberikan solusi secara menyeluruh ya khususnya kepada para sopir dan bos busnya ya. Kan enggak mungkin mereka langsung dilarang jalan begitu saja," kata Aprian saat ditemui Okezone, belum lama ini.
Sopir bus konvensional, kata dia, saat ini sudah hampir gulung tikar karena sepi penumpang. Pasalnya, saat ini moda transportasi lain banyak yang lebih nyaman. Sebut saja Bus Transjakarta maupun angkutan umum berbasis internet alias online.
Karena itu, dirinya ingin program atau kebijakan yang dibuat Pemprov DKI Jakarta memberikan keuntungan bagi semua pihak, tidak hanya konsumen dan pelaku usaha, tetapi juga kepada para sopir.
"Ya, harus semuanya diuntungkan, itu baru bagus, top. Sopir bus konvensional ini sudah sepi sewa dan sekarang ada wacana diremajakan, kan kasihan. Nanti dia mau ke mana? Itu belum jelas," tuturnya.
"Jadi, program atau kebijakan juga harus jelas. Sosialisasinya harus massif, solusinya konkret mau dibawa ke mana nantinya para sopir dan operator," ujarnya lagi.
Aprian menambahkan, program peremajaan bus tua yang ditujukan untuk integrasi moda transportasi dalam Jak Lingko, harus dilakukan pelan-pelan. Pasalnya, banyak yang mesti diurus, mulai menyiapkan biaya untuk peremajaan, dan lain sebagainya.
Ia juga menilai sosialisasi mengenai program ini belum massif sehingga jumlah kendaraan yang bergabung masih sedikit.
"Pelan-pelan tapi pasti. Pasti jadi, pasti memberikan solusi. Sekarang kan belum banyak orang yang tahu karena sosialisasinya masih kurang," jelasnya.
Namun demikian, ia sepakat dengan konsep pengintegrasian moda transportasi umum di bawah Jak Lingko. Sebab dengan integrasi itu, maka akan memberikan kemudahan kepada konsumen atau masyarakat. Apalagi saat ini sudah masuk era digital.
"Iya sepakat pengintegrasian itu memberikan kemudahan. Tapi ini semua butuh proses, karena sebagian dari kita masih ada yang belum melek digital sehingga kita masih butuh waktu. Tapi secara umum konsep integrasi ini sangat baik," ujar Ari.
Ia ingin agar bus lawas seperti Metromini dan sejenisnya tetap mengaspal di jalanan Ibu Kota. Sebab, mereka telah menjadi sejarah hiruk-pikuk kota metropolitan. Asalkan, keberadaannya perlu di tata ulang supaya lebih baik.
Sejurus dengan itu, kendaraan yang sudah diintegrasi dalam Jak Lingko hendaknya semakin diperluas. Dengan demikian angkutan umum konvensional, integrasi dan berbasis internet bisa eksis bersama-sama di Ibu Kota. "Ya, semoga itu bisa terwujud," ucapnya.
Aprian mengaku sudah terbiasa naik bus konvensional saat bepergian. Sebab tarifnya murah dan langsung sampai tujuan. Di sisi lain, ia juga kerap menumpang transportasi modern yang sudah ada seperti Transjakarta. Ia ingin keduanya bisa eksis berdampingan karena masyarakat masih membutuhkan keduanya. "Sejauh ini kita masih butuh," kata dia.
(put)