- Beberapa ritel raksasa berjatuhan. Apa penyebabnya
25/06/2019 06:10:00

Merdeka.com - Beberapa ritel-ritel modern di Indonesia berjatuhan. Salah satu ritel besar di Indonesia, PT Hero Supermarket Tbk telah menutup 26 gerai jaringan ritel Giant Supermarket dan melakukan pemutusan kerja terhadap 532 orang sepanjang 2018. Selain PT Hero, PT Modern International Tbk atau 7-Eleven juga telah menutup gerai milik mereka pada 30 Juni 2017.
Lalu apa saja penyebab ritel-ritel raksasa tersebut bisa berjatuhan? Berikut penjelasannya:

1. Kebiasaan Belanja Masyarakat
Merdeka.com - Kebiasaan belanja masyarakat yang mengalihkan cara belanja tunai menjadi online juga ditengarai menjadi penyebab menurunnya pendapatan industri retail. Sebab masyarakat merasa nyaman memperoleh barang yang diinginkan tanpa harus pergi ke toko retail.
"Tetapi memang dari sebagian dari sektor retail ada sedikit pengalihan. Jadi orang tadinya ada belanja langsung, jadi berubah menjadi online. Ada sebagian bergeser kesana. Ini juga memberi pengaruh. Tapi perlu dilihat juga data pembelian dari online meningkat atau tidak," kata Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee.

2. Lokasi yang Tidak Tetap
Merdeka.com - Penutupan beberapa toko ritel besar ini bukan semata dipengaruhi faktor bisnis ritel online atau daring. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, salah satu faktornya seperti lokasi yang tidak tepat, persaingan bisnis, daya beli masyarakat yang lesu, dan lainnya.
"Tapi kalau buka-tutup toko itu sudah sering. Cuma antara lebih banyak buka atau lebih banyak tutup, pasti lebih banyak buka daripada tutup karena lokasi tidak cocok, salah ambil lokasi," kata Tutum Rahanta.

3. Persaingan Antar Ritel Modern
Merdeka.com - Persaingan antar ritel juga mempengaruhi tumbangnya bisnis ritel di Indonesia. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjelaskan akhir-akhir ini semakin banyak ritel yang membuka usaha dekat dengan masyarakat dengan penyediaan kebutuhan lengkap.
"Di kita khusus di Indonesia ada fenomena yang namanya Indomart, Alfamart, itu memang mengubah konstalasi. Mesti ada yang tersingkir ya. (Ada persaingan) Ya antar ritel," kata Menteri Darmin.

4. Penyebab Muncul dari Kondisi Internal Ritel
Merdeka.com - Tak hanya faktor eksternal, faktor internal perusahaan ritel juga sangat mempengaruhi, seperti beberapa ritel Giant yang mendadak tutup.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta menjelaskan Giant juga pasti telah memiliki pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk menutup sejumlah tokonya.
Namun yang menjadi pertimbangan biasanya lantaran toko tersebut tidak mampu berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan, bahkan hanya menjadi beban bagi keuangan perusahaan.
"Pasti ada faktor-faktor yang diperhitungkan sehingga berani melakukan langkah itu. Karena image-nya kan sangat jelek (dengan menutup toko). Tetapi outlet tersebut sudah tidak bisa dipertahankan lagi, akan menggerogoti perusahaan secara keseluruhan. Tidak hanya Giant, perusahaan mana pun pasti begitu. Jadi dilakukan lah penutupan, apalagi outlet-outlet tersebut sudah tidak bisa memberikan kontribusi atau ke depan tidak menjanjikan lagi," jelas dia.

5. Pendapatan Ritel Kecil
Merdeka.com - Sebuah ritel mendapat keuntungan dari pendapatan. Namun jika pendapatan yang didapat berkurang, bisa saja ritel tersebut menjadi bangkrut. Salah satunya kasus ritel Seven Eleven yang ditutup pada Juni 2017.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani menjelaskan tutupnya ritel Seven Eleven (7-Eleven) terjadi karena adanya ketimpangan antara marjin pendapatan dan pengeluaran.
Menurutnya, kecilnya marjin pendapatan dari 7-Eleven dikarenakan gerai yang dikelola PT Modern Sevel Indonesia ini lebih sering dijadikan tempat nongkrong. Sedangkan daya beli masyarakat di gerai ini kecil.
"Kadin lihatnya Sevel (7-Eleven) mungkin bisnis modelnya kurang pas, karena marjin mereka tipis kan, tapi mereka sewa tempat besar, karena banyak dipakai nongkrong, tapi marjinnya tipis," kata Rosan.