LOGO

Sport

Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

10/08/2019 12:08:09
Tak mudah rupanya menjadi anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia, seperti yang dialami oleh Jonathan Tahir, anak dari Konglomerat Dato Sri Tahir.
  • Tak mudah rupanya menjadi anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia, seperti yang dialami oleh Jonathan Tahir, anak dari Konglomerat Dato Sri Tahir.
Jakarta - Tak mudah rupanya menjadi anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia, seperti yang dialami oleh Jonathan Tahir. Jonathan yang merupakan anak dari Konglomerat Dato Sri Tahir, punya beban yang cukup berat untuk memegang tanggung jawab.

Meski baru berusia 32 tahun, Jonathan kini sudah menjabat sebagai Komisaris Utama dari Mayapada Healthcare, anak usaha dari Mayapada Group, perusahaan yang didirikan oleh Sang ayah.

Sang ayah, Dato Sri Tahir sendiri merupakan seorang pengusaha sukses yang masuk dalam jajaran 10 orang terkaya Indonesia tahun 2019 versi majalah Forbes. Selain sukses di dunia usaha, Dato Sri Tahir juga merupakan filantropi yang kerap berbagi kepada sesama. Ia dikenal sebagai sosok yang dermawan.

Jonathan pun berupaya untuk mencontoh Sang ayah. Salah satunya ialah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat melalui industri kesehatan. Namun, bukan hal mudah ternyata bagi Jonathan untuk menjalani semua itu.

Kepada detikFinance, pria kelahiran 26 Februari 1987 ini pun banyak bercerita mengenai kisah hidup dan kariernya, hingga suka-dukanya memikul nama besar Tahir dan sebutan anak orang terkaya di Indonesia. Ia juga bercerita mengenai dampak insiden listrik padam massal di setengah Pulau Jawa beberapa waktu lalu terhadap Mayapada Hospital.

Berikut petikan wawancara khusus detikFinance dengan anak bungsu dari konglomerat Indonesia ini di kantor pusat Mayapada Group, Jakarta, Kamis (8/8/2019) lalu.(fdl/fdl)
Sebelumnya
Jokowi Teken Aturan Mobil Listrik, Ini Insentifnya

Jokowi Teken Aturan Mobil Listrik, Ini Insentifnya

1 / 4
Selanjutnya
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Cerita RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal


Cerita RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Pak, membahas isu yang sedang hangat, kemarin sempat terjadi pemadaman listrik secara massal, bagaimana dampaknya dengan RS Mayapada?
Jadi waktu ada insiden gempa bumi di hari Jumat, kemudian ditambah listrik padam hari Minggu, saya kategorikan ini sebagai musibah. Tentunya tak ada yang menginginkan kejadian ini. Namun, kita pun berada dalam negara yang memiliki potensi musibah yang lumayan besar. Maka dari itu kan Ibu Kota Jakarta ini mau dipindahkan, alasannya mencari tempat yang minim musibah. Jadi kemarin itu, saya benar-benar langsung menanyakan kondisi RS kepada tim di RS. Bagaimana cara mereka mengatasinya. Dan saya mendapat laporan Mayapada Hospital dalam dua insiden ini 100% tercover. Ketika ada gempa bumi kita sudah melakukan prosedur-prosedur yang tepat, dan kita pun ada pelatihan sebelumnya. Kemudian, untuk listrik mati kita sudah persiapan, karena sangat berbahaya listrik mati ini. Terutama bila ada pasien yang sedang operasi ini berpotensi kehilangan nyawanya apabila tak ada listrik. Jadi kondisi listrik mati ini risikonya lebih besar terhadap RS.

Tapi untungnya kita sudah ada perencanaan dari sebelumnya, dimana kita memastikan bahwa actually kemarin ketika mati itu di RS kami sebetulnya business as usual, tidak ada perbedaan. Kita pun di backup oleh genset yang sangat memadai untuk meng-cover 100% RS. Jadi kalau masyarakat ke RS kami kala itu terasa tak ada perbedaan karena semuanya itu operasional seperti biasa.

Seperti kemarin ada yang mengungsi ke hotel, hotel pun harus sedia genset untuk tetap operasi. Hotel tidak bisa berhenti beroperasi, begitu pula dengan RS harus sedia genset. Saya cukup bahagia dengan tim saya mampu mengantisipasi dan menangani kalau ada musibah. Tapi saya juga menginstruksikan kepada tim kita bagaimana kita bisa lebih baik lagi dalam penanganan musibah. Bagaimana kita, jangan sampai misalnya ada musibah lain, kita jangan sampai affected. Saya pun sudah membentuk response team. Jadi insiden semacam ini harus ada response team yang siap menangani. Tapi benar-benar kita beruntung sekali bahwa kita ada persiapan. Dan faktanya dalam dua insiden ini, kita sama sekali tidak terdampak olehnya. Cara termudah kan melihat apakah ada pasien yang komplain. Dan buktinya ketika ada dua insiden ini pasien tidak ada yang komplain. Tidak ada kejadian seperti pemindahan pasien, dan sebagainya, di ketiga RS kami itu tidak ada.

Dengan mengoperasikan genset tentunya cost RS lebih besar, berapa biaya yang sudah dikeluarkan Mayapada Hospital untuk meng-cover pasokan listrik kemarin?
Pengeluaran genset memang bukan expenses yang normal. Tapi itu adalah biaya yang harus disediakan dan langkah untuk mengantisipasi segala hal. Kita pun mengambil asuransi jika ada business interuption seperti kemarinitu. Ketika terjadi hal tersebut, kita terkompensasi oleh asuransi. Karena tujuan kita membayar asuransi kan itu? Dengan hal tertentu dan jika ada insiden ya kita dikompensasi oleh asuransi.

Tapi saya melihat dua insiden ini, especially kepada PLN, ini kan PLN diserang terus kan, jujur saja saya agak kasihan. Menurut saya mungkin tidak fair juga ya untuk PLN menerima 100% atas kemarahan publik. Menurut saya tidak fair, pasti kita semua manusia melakukan kesalahan. Tapi kita bisa mengambil kesempatan ini untuk kita belajar supaya tidak mengulangi lagi. Kita melihat bahwa sebetulnya mati listrik ini tidak bisa lagi melumpuhkan seluruh kota terutama Jakarta. Untung saja kejadian ini terjadinya hari minggu, bayangkan kalau hari biasa? Jadi insiden kemarin harus diambil sebagai learning lesson. Bagi manajemen PLN adalah bagaimana caranya untuk kita tidak megulang lagi. Kalau mereka seringkali mati itu baru jadi masalah.

Tetapikan selama ini kita baru sekali, mungkin terakhir itu tahun 2002 ya. Jadi 17 tahun sekali menurut saya, bukannya saya bilang itu betul, tapi ya its not bad, tidaklah buruk. New York pun masih ada kejadian seperti ini, kota yang sudah developt. Indonesia 17 tahun mati sekali sebetulnya menurut saya lumayan bagus. Maka surprising juga kan. Jadi menurut saya tidaklah fair untuk blame ke PLN semuanya. Tapi kita bersama-sama untuk bisa bergotong-royong sifatnya ya, bukan sifat saling menyalahkan. Tapi dalam krisis apapun kita bisa bergotong royong, bekerja sama untuk bs lebih baik mengatasi. Tidak ada gunanya saling menyalahkan. Saya lihat PLN sudah sebaik mungkin langkahnya, kita sudah beruntung itu tidak over night loh, bayangkan kan kalau itu sampai hari Senin? Kan listrik mati rata-rata 8 jam ya, jadi menurut saya itu sudah oke lah. Jadi kita jangan kebiasaan suka komplain. Kita harus terbiasa jadi bangsa dan masyarakat yang produktif, jangan cuma komplain doang. Saya pun memiliki prinsip pribadi seperti itu.

Apa saja sih standar sebagai RS untuk menghadapi insiden semacam ini?
Kita membagi insidennya dalam kategori juga. Ada levelnya, dan di sana pun kita melihat dari setiap level itu ada involvement-nya berbeda level, eskalasi kelasnya berbeda. Jadi rata-rata kalau hal yang sudah, kita anggapnya pakai warna. Misalnya hijau itu normal, kuning itu biasanya sudah masuk eskalasikan kepada direktur RS dan para manajemen. Kalau sudah sampai merah pasti otomatis kami sebagai direksi dan komisaris pun harus dilibatkan juga. Pasti kita kan bagaimana bisa damage control. Tapi sebetulnya saya lihat paling penting itu di semua krisis adalah komunikasi.

Pasti yang terdampak, dalam hal ini pasien tidaklah senang, tapi dengan komunikasi yang baik, maka akan membantu. Meski tidak solve the problem, tapi saya lihat akan membantu. Jadi saya selalu mengutamakan komunikasi dan saya sampaikan hal tersebut kepada tim saya bahwa menghadapi pasien dalam kondisi krisis seperti apa pun itu komunikasi harus benar. Kita harus transparan, tidak boleh sembunyi-sembunyi, tidak boleh kabur, tidak boleh defensive dan menyalahkan orang lain. Tapi kita harus terima betul faktanya apa dan kita bisa transparan. Saya lihat konsumen atau siapa pun yang terdampak insiden apa pun itu mereka akan apresiasi kalau kita menjelaskan apa adanya, dan kita bisa mengakui kalau kita salah.

Dari adanya insiden listrik padam massal pekan lalu, berapa kerugian yang harus ditanggung Mayapada Hospital?
Insiden ini kemarin kita lihat tidak masuk ke dalam kategori merah. Jadi itu masih sangat aman. Saya pikir kategori kuning ya, dan saya mendapat pesan WA saja, oke semua sudah terkendali dengan aman. Jadi sebetulnya bukan sesuatu yang sangat berat. Mungkin di RS kita melihat salah satu yang berhubungan dengan nayawa adalah sesuatu yg kritislah. So far masih lebih baik dari itu sih.

Ketika ada listrik padam ada pasien yang sedang di operasi?
Setahu saya tidak ada. Ada yang mau dioperasi, makanya kita ini beruntung. Ini kan masalah timing semua, jadi memang kebetulan tidak ada yang sedang dioperasi. Memang ada yang baru akan dioperasi, tapi kita pastikan switch genset baru sudah lebih efektif. Jadi setelah genset beroperasi, RS beroperasi seperti biasa, pasein tersebut kembali dioperasi. Jadi memang kita tahu bahwa kebutuhan genset sangat penting. PLN kan kadang bukan masalah mati lampu, tapi juga kadang tidak stabil. Jadi kita memastikan bahwa selalu ada back up genset ya. Tapi ya PLN I think did their best. And I think we need to move on.

Sudah pernah mengalami insiden mendadak seperti ini sejak Mayapada Hospital berdiri?
Insiden mendadak tidak pernah. Pernah waktu itu kita ada sempat kebakaran kecil di salah satu RS kami, karena waktu itu ada konslet, waktu itu sedang konstruksi. Kita ada lantai yang sedang dalam proses konstruksi, itu ada percikan, ada asap dan sedikit panik. Tapi waktu itu sudah terkontrol. Bangunan itu sudah beroperasi, tapi waktu itu ada beberapa laintai yang sedang direnovasi. Karena ada percikan sedang konstruksi, kan ada kontaktor segala macam, jadi ada percikan dan sempat ada kepanikan. Tapi kita memastikan semua sudah terkendali. Dalam satu dua jam sudah beres semua.

(fdl/fdl)
Sebelumnya
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

2 / 4
Selanjutnya
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Perkembangan Bisnis Mayapada di Sektor Kesehatan


Perkembangan Bisnis Mayapada di Sektor Kesehatan

Anda menjabat sebagai komisaris utama Mayapada Healthcare, seperti apa ceritanya anda masuk ke bisnis tersebut?
Jadi kita itu memulai usaha kesehatan itu sekitar 10 tahun yang lalu. Itu dimulai saya pikir mungkin tidak sengaja. Jadi memang karena keinginan yang dimulai dari Pak Tahir, ayah saya, yang saat itu sering bepergian ke Singapura ke National University Hospital (NUH), yaitu salah satu rumah sakit (RS) pemerintah yang terbaik di Singapura dan RS tempat Ibu Ani Yudhoyono dirawat. Di NUH, Pak Tahir aktif dalam membantu anak-anak dan juga orang Indonesia yang tidak mampu di sana.

Ketika itu, dokter yang sudah sangat akrab dengan Pak Tahir berkata, kenapa tidak membuka RS saja di Indonesia? Ayah saya menjawab karena tidak ada kenalan. Kemudian, dokter kenalan ayah saya itu dengan sangat berbesar hati membantu kami untuk mendirikan RS. Di situlah kami memiliki sebuah kepercayaan diri untuk masuk ke dalam industri kesehatan. Dahulu, ada RS di Tangerang yang mau dijual, akhirnya kita ambil alih dan dengan bantuan NUH kita melakukan renovasi, kita melakukan peremajaan, dan kita juga membangun gedung baru. Dari situlah asal usul daripada Grup Mayapada masuk ke dalam industri kesehatan.

Setelah itu, Pak Tahir pun dari muda dikenal sebagai filantropis. Pak Tahir dari dulu sangat suka membantu. Sebenarnya dulu Pak Tahir sempat masuk kedokteran. Namun, karena saat itu nilainya kurang bagus akhirnya masuk ke jurusan lain. Jadi dari kecil itu Pak Tahir punya keinginan untuk melayani dan membantu. Dan 11 tahun lalu atas kebesaran Tuhan kita bisa masuk industri kesehatan. Dan dalam 11 tahun terakhir ini pun kami belajar banyak untuk bagaimana memberikan layanan yang terbaik kepada pasien. Kemudian, 6 tahun yang lalu kami berhasil membangun RS yang kedua di Lebak Bulus, dan tahun lalu kami mengakuisisi RS yang ketiga lokasinya di Bogor.

Saat ini, Mayapada Hospital sudah ada 3, dan targetnya kami akan membangun 4 RS baru dalam 2 tahun ini. Jadi kita akan bangun di Kuningan, Jakarta dengan target awal tahun depan. Kita juga akan membangun 2 RS di Surabaya, dan 1 RS di Bandung. Jadi Mayapada Hospital akan ada 7 RS dalam 2 tahun ke depan.

Apa yang membuat Pak Jonathan beralih dari perbankan ke kesehatan?
Saya melihat di Bank Mayapada sudah ada kakak saya yang mengurus. Lalu, saya melihat RS ini belum ada yang memperhatikannya secara khusus. Kala itu juga kami sedang ada perubahan struktur manajemen Mayapada Group. Saya juga melihat bahwa Mayapada Hospital memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain di Indonesia. Di perbankan, jujur saja sulit untuk bersaing dengan BCA, Bank Mandiri, itu sulit.

Dengan adanya grup yang sudah berdiri ini, saya pikir Mayapada Hospital berpotensi menjadi pemain terbaik di Indonesia. Saya pun berpikir ingin lebih banyak spend time di RS untuk mencapai tujuan kami menjadi salah satu RS terbaik di Indonesia. Dengan kami akan membangun jaringan 7 RS ini, saya melihat Mayapada Hospital dapat menetap di posisi yang baik di Indonesia.

Indonesia itu memiliki potensi yang besar untuk industri RS. Kalau melihat suatu negara yang maju itu pasti memiliki health investmen yang besar. Indonesia ini masih sangat minim dalam health investmen. Karena negara kita masih negara berkembang, jadi otomatis kesehatan masih belum masuk dalam prioritas kehidupan seseorang. Tapi di dalam negara yang sudah maju, pasti masyarakatnya lebih memprioritaskan kesehatan.

Indonesia nantinya akan mengalami transisi, dari generasi muda kita yang populasinya sangat besar, one day mereka akan tua juga. Jadi inilah potensinya, dimana kebutuhan kesehatan itu nantinya akan semakin besar. Juga, penyakit itu tidak pernah punah, pasti selalu ada. Kemudian, virus dan bakteri itu rentan muncul. Jadi saya pikir kebutuhan industri kesehatan ini masih sangat besar. Saya pikir pun dengan kita punya masyarakat yang sehat maka akan membantu negara kita juga. Langkah ini pun saya anggap sebagai service juga dari kami terhadap negara untuk memastikan bahwa kita memiliki penduduk yg sehat.

Bagaimana dengan rencana pengembangan klinik Mayapada?
Klinik itu sekarang kita ada 3, dan kita sedang mengembangkan lagi dengan business plan yang baru. Jadi kita melihat saat ini banyak sekali klinik yang menawarkan BPJS. Tentu kami juga, tapi bagaimana kami bisa berbeda dengan klinik-klinik lainnya. Nantinya kita akan menentukan apakah mau membuka klinik khsus radiology, atau klinik kecantikan. Jadi kita akan explore dan nantinya menemukan cara untuk memadukan. Tiga klinik kami lokasinya di Sudirman, satu gedung dengan Mayapada Tower, di Central Park, dan di Tangerang City.

Perkembangan bisnis Mayapada Hospital sudah 11 tahun ini bagaimana?
Perkembangannya itu saya lihat di tahun-tahun pertama itu agak susah, karena ini sebuah industri yang masih sangat baru untuk kita. Jadi yang pertama itu kan kita sistemnya peremajaan RS, RS lama kita renovasi dan juga bangun gedung baru. Tapi untuk membangun RS kedua itu kita bangun dari lahan kosong. Jadi kami melihat ini sebagai dua learning experience yang sangat-sangat berbeda. Jadi saya lihat mungkin dalam 5-6 tahun pertama kita belajar bagaimana caranya kita melayani dengan baik dan kita sangat beruntung dibantu oleh NUH dalam perencanaan dan pengembangannya Mayada Hospital. Tapi dalam 2-3 tahun ini saya lihat kita itu sangat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Satu adalah kita sudah lebih mengerti, dan kedua itu kita lihat RS itu tergantung kepada kepercayaan. Dan kepercayaan itu bukan hal yang bisa gain over night.

Untuk orang mempercayai sesuatu itu butuh waktu dan butuh juga pengalaman, atau juga butuh reference poin. Perlu referensi dari kenalan mengenai Mayapada. Dengan adanya referensi dari orang yang dikenal, maka orang tersebut akan percaya untuk berobat di Mayapada. Bedanya, bisnis RS ini tidak bisa iklan. Kami tidak bisa iklan di suatu media misalnya dan menuliskan operasi jantung diskon 50%, itu malah tidak ada yang mau datang. Jadi kita harus melakukan pendekatan secara halus, karena ini masalah kepercayaan.

Tidak bisa kita bicara frontal, setiap hari pasang advertisement di media itu tidak bisa. Jadi gayanya sangat beda. Jadi di awal karir kami yang masih menumbuhkan kepercayaan, saya melihat ini agak lambat, karena orang masih mencoba mengenal siapa itu Mayapada. Orang kalau tanya Mayapada kenalnya bank atau apa. Jadi untuk mereka bisa memiliki konsep dan mengenal RS Mayapada itu butuh waktu. Itu saya nggak deny bahwa itu membutuhkan waktu. Jadi in the beginning it was quiet hard, tapi saya sekarang melihat sudah lebih familiar masyarakat dengan RS Mayapada. Jadi the last few years ini sangat banyak membantu kita dalam pertumbuhan juga, dan itu sudah terefleksi dalam pertumbuhan kami.

Mayapada mau menambah RS baru apakah ingin menambah spesialis-spesialis juga?
Pasti ada, tapi ini tergantung juga dengan lokasi. Misalnya, kita mau buka di Surabaya, kita lihat Surabaya itu kebutuhannya apa, dan otomatis satu adalah kebutuhan demandnya, kedua adalah supplynya. Dokter yang mana yang kita bisa rekrut yang bagus. Otomatis kita harus mencari perjodohan dari dua kebutuhan tersebut. Jadi dari rumah sakit itu tergantung ada perbedaannya, walaupun kita general hospital tetap kita harus ada specialitynya, kita terkenalnya karena apa, otomatis kita ada target.

Misalnya di kuningan ini kita ada target sebagai RS yang fokus kepada Ibu dan Anak. Karena saya lihat di daerah pusat ini masih belum ada sebuah RS yang fokus kepada ibu dan anak. Lebak bulus itu kita itu terkenal atas onkology, perawatan kanker, kita akan launch radiotherapy. Radiotherapy adalah pengobatan kanker berbasis nuklir, jadi radiotherapy. Kan ada kemotherapy, ini ada radiotherapy. Jadi ini alatnya ini bisa menargetkan sel-sel khusus dalam pengobatan. Jadi ini mungkin di Indonesia alat-alatnya baru sangat sedikit dan kebanyakan adanya di RS pemerintah. Jadi kita salah satu RS swasta untuk mendapatkan alat ini.

Apakah Mayapada Hospital punya partner rumah sakit dengan negara lain?

Kita ngomong partner rumah sakit itu mungkin kita lihat dari definisi rumah sakit, tapi selama ini kita sudah mendapatkan banyak bantuan dari Spore, RS spore. Satu adalah NUH, dan Changi General Hospital.

Mayapada Group itu tidak pernah terlibat dalam proyek-proyek pemerintah, apa mungkin ke depannya ada langkah untuk berkecimpung dengan proyek pemerintah atau independen saja?

Mungkin saya melihat bahwa, di dalam bisnis kita belajar never say no. Pasti harus melihat kesempatannya apa. Selama ini memang kita tidak pernah, karena kan kita juga tidak bergerak dalam bidang itu, kita kan bergerak di media, perbankan, properti, RS, jadi biasa interaksinya dengan pemerintah itu tidak banyak. Jadi sementara ini kita sangat minim dalam seperti itu. Paling kalau perbankan kan berhubungannya dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), paling hanya seperti itu. Tapi dalam bisnis ya prinsipnya ya never say no. Jadi kita tidak menolak juga, tapi memang sekarang ini kita tidak ada.

(fdl/fdl)
Sebelumnya
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Cerita RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

3 / 4
Selanjutnya
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Suka-duka Jadi Anak Orang Terkaya RI


Suka-duka Jadi Anak Orang Terkaya RI

Boleh diceritakan bagaimana Pak Jonathan memulai karir dari usia berapa dan bagaimana prosesnya?
Saya kembali ke Indonesia pada tahun 2009, 10 tahun yang lalu. Saya waktu itu baru lulus dari National University Singapore (NUS). Saya waktu itu sebenarnya ingin kerja dulu di luar negeri. Ingin kerja dulu lah dimana mungkin di perbankan atau dimana, saya ingin dapat jam terbang dulu. Tapi dulu ayah saya bilang untuk saya segera kembali ke Indonesia dan dan berkarir di grup kami. Saya pun mengikuti perkataan ayah saya, dan saya mulai dari perbankan. Tapi ya selama di perbankan itu buat kita berkreativitas untuk bergerak itu lebih terbatas. Karena bank Mayapada sudah ada, dan sudah established. Mau saya apakan lagi? Nilai tambahnya menurut saya itu kurang besar. Dan saya sudah keliling juga di grup usaha kami, saya sudah masuk ke media juga di Forbes, saya masuk pada project itu, dan kemudian saya melihat sebetulnya RS itu lumayan interesting dan yang saya bicara sebelumnya itu potensinya ada. Saya pikir ini bisa memberikan nilai tambah yang lebih daripada apa yang saya lakukan di perbankan.

Apakah memilih Mayapada Healthcare karena memiliki latar belakang pendidikan medis?
Tidak ada sama sekali. Jadi sangat unik dan benar-benar harus belajar. Tapi saya lihat dalam industri kesehatan ini of course harus memiliki basis daripada industri RS. Tapi menurut saya lebih banyak kepada melatih hubungan dengan para dokter yang merupakan inti dari RS. Apalagi, dokter dan profesor itu kan jauh lebih tua daripada saya juga. Ya makanya saya banyak belajar bagaimana mengejar, bagaimana bergaul dengan mereka, berinteraksi dengan mereka, dan caranya bagaimana menjelaskan kepada RS para dokter dan profesor untuk bergabung dengan RS Mayapada. Tapi tentunya dalam direksi Mayapada Hospital juga ada yang latar belakangnya dokter, mereka ahlinya. Tetap saja saya sebagai perwakilan keluarga harus mengawasi.

Saya pun masih muda, jadi saya memastikan bahwa saya dikelilingi orang yang lebih pintar dari saya, saya tidak menyangkal hal tersebut. Karena tentunya mereka sudah punya pengalaman yang jauh lebih banyak, terutama dalam industri kesehatan. Saya banyak belajar kepada mereka.

Sebagai anaknya Bapak Tahir, apakah ada tantangan ada beban yang dipikul ketika memulai berbisnis karena ayah seorang yang mendirikan grup ini?
Pasti bebannya besar. Karena satu adalah Pak Tahir, beliau mempercayakan banyak hal kepada saya. Jadi hal pertama itu tanggung jawab yang lumayan besar. Waktu itu pun saya baru berusia 22 tahun. Saya sangat nervous, stress karena tanggung jawabnya besar sekali dan ini mengefek banyak karyawan. Hal ini berakibat kepada staf-staf semua. Jadi saya harus memastikan bahwa semua decission yang saya buat itu yang terbaik untuk perusahaan dan karyawannya. Jadi yang bergantung pada keputusan-keputusan saya juga banyak. Jadi otomatis itu responsibility-nya besar. Dan dengan responsibility yang besar dan saya masih muda pun ya seram juga. Itu saya tidak bohong, masuk pertama tanggung jawab saya sudah besar, karena biasanya kan orang masuk pertama itu mulai dari sedikit-sedikit dulu kan. Saya langsung saja ini diberikan tanggung jawab besar untuk menangani suatu hal dengan keputusan saya. Saya ketika memikirkan hal-hal itu beberapa kali untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil sudah sangat benar.

Di usia 22 tahun itu menjabat sebagai apa di Bank Mayapada?
22 tahun itu saya pertama kali masuk sebagai staf audit di bank Mayapada. Karena waktu itu Pak Tahir bilang dari audit itu kita bisa mengetahui opreasional daripada sebuah perusahaan. Jadi ada tujuannya ke situ.

Ketika harus mengambil keputusan-keputusan itu masih meminta saran kepada Pak Tahir?
Pasti pertamanya saya masih banyak berkomunikasi dengan Pak Tahir, itu kan saya masih pertama kali. Tapi sekarang ini rata-rata Pak Tahir sudah mendelegasikan kepada saya, otomatis saya juga pasti menginformasikan juga pada beliau. Bukannya beliau tidak tahu apa-apa, tapi otomatis dengan hal-hal strategi itu dia juga tahu perkembangannya seperti apa di dalam RS.

Apa sih tips-tips dalam menjalankan bisnis dari seorang Jonathan Tahir?
Tips-tipsnya, saya jujur saja masih muda masih belum tahu memberikan tips apa. Tapi bagi saya adalah mungkin saya mengambil pelajaran dari apa yang Pak Tahir telah mengajarkan kepada saya. Satu adalah kita itu tidak boleh takut untuk make the right decission. Jadi apapun keputusan yang asalnya benar, itu kita jangan takut untuk mengambilnya. Kalau keputusannya salah itu bisa memberikan efek terhadap orang, nah itu kita boleh takut. Tapi if you doing things right, and you doing for the right reason, dont be afraid to make decission. Mungkin itu tidak popular, tapi kalau itu sebenarnya untuk hal yang benar, kita tidak boleh takut. Jadi saya pikir itu satu hal yang sangat penting.

Jadi dalam bisnis itu kan ada kesempatan untuk kita nakal, nakal, nakal, tapi kita itu, saya itu selalu diajarkan untuk mengambil keputusan yang benar. Do the right decission, jadi kita jangan penakut. Kalau kita dalam industri yang lain ada yang nakal ya kita boleh takut, tapi kalau kita berbuat yang benar saya pikir kita tidak perlu takut. Jadi itu banyak membantu saya untuk make the right decission. Saya berpikir kalau ini keputusannya untuk hal yang benar ya kita berani saja, kita lakukan saja. Dan kedua adalah Pak Tahir juga bilang it's okay to make mistake. Dan belajar dari kesalahan, saya pikir ini sangat penting. Kalau kita tidak pernah salah dalam hidup artinya kita tidak tahu ini salahnya seperti apa. Jadi dulu saya sangat gugup mau A, mau B, mau C itu kan tidak tahu. Jadi kita jangan takut untuk mengambil keputusan yang benar. Lalu, kedua adalah jangan takut dengan kegagalan, itu sangat penting untuk memberanikan diri untuk mengambil keputusan. Dan kemudian adalah belajar daripada kesalahan tersebut.

Tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis?
Saya pikir tantangan terbesar itu saya harus memastikan bahwa Pak Tahir ini kan sudah achieve berbagai hal. Tugas saya itu satu adalah, pasti saya tidak boleh membuat perusahaan ini berada di bawah daripada apa yang saya terima. Itu satu. Kedua menurut saya bukan hanya cukup untuk menjaganya. Otomatis hal terberat adalah untuk bagaimana bisa menumbuhkan lagi. Itu hal terberat kan. Kalau kita mendapatkan sesuatu dan kita taruh di bawah tanah kan aman saja, tapi bisnis kan tidak bisa ditaruh bawah tanah. Bisa saja turun. Jadi otomatis hal yang tersulit bagi saya adalah memastikan bagaimana Mayapada Group itu terus berkembang, bukan hanya stagnan. Kalau kita hanya stagnan dan yang lain berkembang artinya kita menurun kan? Jadi beban terberat itu memastikan grup Mayapada untuk terus berkembang. Dan otomatis ini merupakan grup yang lumayan besar jadi bebannya lumayan tinggi.

Bagaimana rasanya menjadi anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia?
Kalau orang kaya pasti banyak. Tapi mungkin saya bilang Pak Tahir adalah orang yang mampu. Saya pikir ini satu adalah bagus karena ini bisa memberikan kita oportunity atau kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang memberikan dampak positif kepada Indonesia. Saya pikir itu membuat kita memiliki suatu platform dan kemampuan untuk bisa berbuat baik untuk negara dan juga masyarakat. Pak Tahir itu datang dari kosong, kakek saya dulu itu kan dagang becak di Surabaya. Jadi Pak Tahir itu memang backgroundnya dari kosong. Dan di sana pun dia beberapakali mencoba buka usaha dan sudah pernah bangkrut juga. Dan benar-benar Pak Tahir merasa ini adalah sebuah belas kasihan dari gusti Allah untuk bisa memberikan sesuatu kepada Pak Tahir. Jadi bagi dia itu Indonesia memberikan semuanya kepada dia. Mengapa sekarang ini beliau sangat aktif dalam kegiatan amal, kegiatan filantropis.

Jadi saya pikir sebagai orang yang mampu itu bisa memberikan kita sebuah platform untuk berbuat sesuatu dalam kebaikan. Kita diberikan sesuatu itu ya kita harus melakukan kebaikan. With great power comes great responsibility. Pak Tahir diberikan sesuatu yang lebih dari orang lain, otomatis dia juga harus melakukan sesuatu yang lebih dari orang lain. Jadi bagi saya itu Pak Tahir kan banyak beramal, ada orang bertanya pada saya. Kamu keberatan nggak sih, kok bantu orang banyak banget sih? Pak Tahir duitnya banyak banget buat orang? Bagi saya itu nggak pernah masalah. Asal tujuannya adalah untuk membantu orang, membantu indonesia, saya tidak punya hak itu mengatakan Pak Tahir, jangan, itu saya tidak ada hak sama sekali. Karena ini adalah suatu hal yang membuat kebaikan negara. Jadi itu suatu hal yang sangat normal untuk dilakukan, dan sebagai anak itu tidak punya hak untuk mengatakan jangan, kurangin saja, tidak perlulah. Atau mungkin mengatakan Indonesia kan sudah cukup kaya. Itu saya tidak punya hak untuk mengatakan hal itu.

Tapi ada tidak keinginan untuk menjadi seperti Bapak Tahir yaitu pengusaha yang dermawan?
Pasti dong, Pak Tahir melakukan ini semua juga pasti ingin memberi contoh juga, satu adalah untuk memberi contoh kepada masyarakat bahwa kita harus berbuat baik kepada Indonesia. Kedua otomatis contoh itu juga teraplikasikan untuk keluarganya juga. Pak Tahir selalu mengatakan pada anak-anaknya bahwa kita harus berguna untuk bangsa kita.

Di usia 22 tahun sudah diminta Pak Tahir untuk kembali ke Indonesia dan bekerja di Mayapada, apakah Pak Tahir memang mendorong anak-anaknya untuk jadi pengusaha dan meneruskan usaha bapak?
Sebenarnya di dalam tradisi Tionghoa itu ada kecenderungan untuk putra itu melanjutkan bisnis. Karena saya sebagai putra satu-satunya, memang ada beban juga untuk saya masuk ke dalam usaha keluarga. Tapi Pak Tahir pun tidak pernah melarang, dan juga tidak pernah memaksa untuk melakukan ini. Jadi meskipun saya, dan kakak saya mengurusi grup usaha family pun tapi Pak Tahir tak pernah melarang kami untuk melakukan hal yang lain atau hal yang baru.

Jadi kalau mau mencoba usaha yang baru, di luar Mayapada Group diperbolehkan?
Sangat oke, Pak Tahir pun sangat menganjurkan, kalau kita mau beliau sangat mendukung.

Pak Jonathan ada rencana membuka usaha baru, di luar Mayapada Group?
Kita ada pemikiran tapi so far belum bisa saya umumkan dulu. Tapi pasti sudah ada rencana. Seperti yang saya bilangb sebelumnya, beban saya adalah bagaimana bisa menumbuhkan Mayapada. Otomatis untuk menumbuhkan yang sudah ada, tapi juga menumbuhkannya dengan hal-hal yang belum ada.

Pernah merasa ada hambatan ketika membawa nama yang besar? Dan apakah pernah mengalami hal-hal yang tidak enak dari orang lain karena Pak Jonathan membawa nama besar Pak Tahir?
Mungkin kalau saya bicara selama ini kita keluar membawa nama Mayapada, mungkin selama ini kita masih beruntung karena tidak ada hal negatif. Karena kita di media pun tidak pernah terimplikasi kasus apa pun. Tidak pernah implikasi, rata-rata kita sangat beruntung bahwa grup kita terlihat dari luar itu positif. Jadi otomatis saya lihat ini sangat positif untuk kita, sangat membantu, karena kita pun tidak pernah mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Jadi kita tidak pernah terimplikasi kasus apapun gitu nggak pernah.

Jadi saya pikir itu jadi masalah hambatan sih nggak ada tapi tentu saya pastikan nama Mayapada itu bisa kadang buka jalur, terus tapi yang harus kita lihat adalah kita bisa membuktikan bahwa kita itu mampu juga. Nama bisa membuka pintu, ya jelas bisa, tapi kalau kita, misal mau rekrut Profesor A, ya mungkin dia tahu ini grup Mayapada, ini grup pak Tahir, tapi otomatis saya juga harus bisa menjelaskan bagaimana visi dan misi dari grup mayapada itu sendiri. Bagaimana kita bisa melayani para pasien, ini semua banyak hal.

Jadi saya lihat itu nama Mayapada bisa membuka pintu. Tapi untuk kita bisa masuk dan bisa sukses dalam ruangan itu ya kita harus bisa, harus bisa menjalankan sendiri, tidak sekadar nama.

Pernah nggak menghadapi kata-kata orang yang, ah anda kan anak Pak Tahir pasti lebih mudah, dan segala macam, pernah tidak?
Pasti ada dong, pasti pernah. Tapi ya kita tahu bahwa setiap orang itu pasti ada kesulitan sendiri lah. Kita tahu bahwa setiap orang itu ada tantangan dan kesulitan sendiri. Dan saya pun sebagai anak Pak Tahir pasti ada tantangan juga. Tapi yang kita bicara adalah semua harus berusaha, kan nggak ada orang yang sudah diberikan semuanya dari hari pertama, kan harus ada usaha juga.

Ketiga kakak Pak Jonathan semua terlibat dalam Mayapada?
Ya, semua terlibat di dalam Mayapada juga. Yang pertama itu di perbankan, yang kedua di tech, tech itu kita ada beberapa start up tapi ada juga bebrapa investment keuangan, ketiga di hotel.

Pesan untuk pemerintahan 5 tahun ke depan?
Pesan saya adalah, satu itu untuk perekonomian negara yang maju ini kita membutuhkan namanya FDI, foreign direct investmen. Jadi permodalan asing harus masuk ke Indonesia, itu sangat penting untuk bisa menumbuhkan ekonomi. Tapi tidak cukup hanya masuk ke dalam bursa market. Mereka mesti direct, bangun pabrik, bangun tol, bangun infra, itu direct. Jadi kalau kita dengan sekarang ini ada krisis trade war itu ya impact-nya itu bisa lebih terjaga. Kalau mereka masuknya hanya lewat stok portofolio, kalau ada krisis itu mereka tarik uangnya gampang, dalam menit bisa gampang. Tapi kalau mereka bangun tol, mereka bangun pabrik, mereka bangun perindustrian itu tidak bisa ditarik balik, itu menjadi aset Indonesia.

Jadi mungkin kalau saya ada pesan itu adalah pemerintah bisa mengakomodir para investor-investor asing untuk masuk ke dalam Indonesia. Satu dalam perizinan, jadi pak Jokowi kan selalu ngomong harus masukkan investasi, perizinan itu perlu. Satu perizinan dari pemerintah pusat, dan kedua perizinan dari Pemda itu juga sangat penting. Kadang ada disconnect antara kedua ini.

Kedua adalah legalitas atau kepastian terhadap peraturan, kepastian hukum itu saya pikir sangat penting. Kita seringkali lihat kalau ada kasus, asing melawan Indonesia, pasti yang menang di Indonesia ya Indonesia terus. Jadi asing itu harus merasa uang investasi yang mereka masukkan itu aman, jangan diganggu. Jangan sampai mereka ketemu partner yang jelek itu nanti bisa dimakan. Jadi kepastian hukum itu sangat penting, dan harus jelas jangan tergantung hakim A, hakim B, itu bisa different interpretasi. Kalau ada beberapa kali kasus hukum, berdasarkan riset itu rata-rata hampir mayoritas perusahaan lokal menang terus. Ya saya nggak usah ngomong lah karena apa menang. Tapi faktanya kan perusahaan asing jarang menang.

Jadi mereka juga kadang takut kalau mau masuk ke Indonesia tapi peraturannya tidak benar. Rule of law-nya nggak jelas, ini harus diperhatikan. Jadi saya harap kalau pemerintah mau memajukan negara ini, satu harus menerima lebih banyak lagi permodalan dari asing, dan kedua harus memastikan bahwa modal mereka yang masuk ini aman.

UU Ketenagakerjaan yg ada saat ini dianggap menghalangi investasi, kalau Pak Jonathan sendiri setuju untuk revisi atau setuju dengan para pekerja agar UU ini tidak diubah?
Saya pikir sebetulnya dari dua sisi saya mengerti dua sisi ini dari mana. Otomatis saya sebagai pengusaha ada lebih mengerti permasalahan ini. Saya melihat paling aman ini kita itu jangan bisa selalu melihat adalah kondisi Indonesia bagaimana. Tapi kita membandingkan dengan sekeliling. Satu hal yang sempat saya tahu sering dibahas itu masalah pesangon untuk karyawannya yang dilepaskan.

Itu rata-rata Indonesia itu jauh lebih tinggi daripada negara tetangga. Jadi otomatis ini juga berhubungan dengan investasi. Otomatis perusahaan asing yang ingin berinvestasi, melihat kita itu satu ketenagakerjaan ini kurang kondusif. Mereka itu sebetulnya berani untuk membayar orang mahal, tapi harus di match dengan kapabilitas, dengan abilities daripada sebuah pekerja. Jadi ada ekuilibrium, cost nya segini, skillnya segini, dan harus ada titik tengah. Menurut saya hingga sekarang titik tengahnya masih belum ketemu. Dimana ada miss match cost expectations dan juga terhadap actual qualifications daripada sebuah labor. Jadi saya melihat ada sebuah miss match. Saya pikir kita harus bisa merancang sesuatu, saya jujur saja bukan sebuah ekonom atau pakarnya. Tapi kita juga harus merancang sesuatu yang bisa kompetitif dengan negara tetangga. Karena kalau kita tidak kompetitif dengan negara tetangga, investor-investor di luar itu tidak akan masuk ke Indonesia.

Mereka akan masuk kepada negara seperti Vietnam, dimana labor launch nya jauh lebih jelas dan jauh lebih kondusif. Kita sekarang kalau ada karyawan yang nakal, mencuri, mau pecat harus bayar dia uang. Menurut saya itu tidak masuk akal. Jujur saja saya bilang ini tidak masuk akal, kalau sudah mencuri uang perusahaan kalau kita mau melepaskannya masih harus membayar dia lagi. Saya lihat itu ada sesuatu yang mungkin kurang masuk akal. Tapi pasti ada lah pakar yang lebih mengerti tapi mungkin poin saya adalah kita itu harus bisa lebih kompetitif. Kita harus tau negara tetangga itu standarnya bagaimana dan kita tidak boleh beda sendiri. Satu kata yang penting sebenarnya dalam era globalisasi dan digitalisasi adalah relevance.

Kalau kita tidak relevance, pasti akan punah. Kalau kita tidak memberikan produk yang tidak relevance ya tidak ada yang mau. Misalnya taunya sekarang yang sedang ngetren. Kalau kita menjual produk yang tidak tren, pasti tidak ada yang mau beli. Kalau kita menjual produk yang tidak relevan tidak ada yang mau beli. Sama seperti Indonesia. Indonesia kan menjual diri untuk investasi, menjual Indonesia kepada asing. Kalau kita tidak relevan dengan negara-negara tetangga kita, pasti tidak ada yang mau masuk ke Indonesia. Jadi saya bukan mau komentar apa yang benar apa yang salah, tapi kita harus bisa relevan terhadap negara-negara kita. Misal saat ini salah satu negara yang besar kan adalah Tiongkok, Tiongkok itu banyak memasukkan uangnya ke Vietnam. Karena mereka lebih jelas, labor launch-nya lebih jelas, itu fakta, ini bukannya saya bikin sendiri.

Jadi kalau kita mau mendapatkan investasi asing ya kita harus kompetitif. Sekarang kan banyak yang komplen, ini kalau ada perusahaan China, atau perusahaan asing yang masuk ini pasti pakai tenaga asing semua. Saya menganggap itu sebagai sebuah concern, tapi ada alasannya. Alasannya adalah mereka tahu apa yang mereka dapatkan dari pegawai-pegawai yang mereka bawa sendiri. Mereka sudah tahu dapat apa dan tahu cost-nya apa. Mereka sudah tau di Indonesia ini cost-nya berada dan jujur lebih mahal, tapi mereka belum tahu kualitas dari produknya apa. Kan kita dalam bisnis ini tidak bisa jika tidak ada kepastian. Kalau ketidakpastiannya itu sangat besar itu sebuah risiko yang sangat besar terhadap bisnis. Pasti kita mau cari sesuatu yang lebih proven, lebih terbukti.

(fdl/fdl)
Sebelumnya
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Perkembangan Bisnis Mayapada di Sektor Kesehatan

4 / 4
Selanjutnya
Jokowi Teken Aturan Mobil Listrik, Ini Insentifnya

Jokowi Teken Aturan Mobil Listrik, Ini Insentifnya

Berita selanjutnya