- Berawal merekrut satu penyandang disabilitas, kini 50 dari 120 pegawai Dea untuk Batik Kultur diisi para difabel.
12/08/2019 17:45:00

JAKARTA, KOMPAS.com - Keterbatasan bukan penghalangan seseorang untuk meraih impiannya. Semangat itu yang kira-kira dimiliki oleh Dea Valencia dalam mengembangkan Batik Kultur.
Berawal merekrut satu penyandang disabilitas, kini 50 dari 120 pegawai Dea diisi para difabel.
Dea mengakui, ia tak mendesain komposisi khusus dalam mempekerjakan para penyandang disabilitas. Namun, prinsip yang dipegang adalah bahwa setiap orang, sekali pun memiliki keterbatasan, tetap memiliki peluang untuk berhasil, satu di antaranya dengan belajar.
"Semua berjalan secara natural. Begitu ada (difabel) yang mau kerja, kami terima," katanya.

Batik Kultur pertama kali diluncurkan di Semarang tahun 2011. Dea Valencia bersama timnya menghasilkan produk lokal berupa batik tulis, di mana sebagian dari kreator lokalnya--para pengrajin dan penjahit batik--merupakan masyarakat difabel.
Tokopedia ingin mengangkat cerita di balik setiap produk lokal, dalam hal ini berupa batik oleh Batik Kultur, yang memiliki keunikan dan cerita yang mengesankan pada setiap motif yang terdapat didalamnya melalui peluncuran koleksi eksklusif.
Dea mengungkapkan, selama 8 tahun dirinya berkiprah di dunia batik, ia mengawali perjalanan dengan berdagang Batik Lawasan.
