- Sebuah rumah bergaya Belanda di Menteng pernah jadi tempat maha penting bagi republik ini. Suatu malam di bulan Ramadan, Naskah Proklamasi dirancang di sana.
15/08/2019 10:20:00

Jakarta - Sebuah rumah bergaya Belanda di Menteng pernah jadi tempat maha penting bagi republik ini. Pada suatu malam di bulan Ramadan, Naskah Proklamasi dirancang di sana.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi hadir untuk mengingatkan bangsa Indonesia betapa berartinya para tokoh pejuang kemerdekaan. Bertempat di Jl Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, museum ini memiliki kesan mendalam pada siapapun yang masuk ke dalamnya
Rumah bergaya Eropa ini adalah saksi sejarah detik-detik pembuatan Naskah Proklamasi. Inilah tempat Ir Sukarno menuliskan konsep Naskah Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat, setelah segala perjuangan keringat, dan tumpah darah tercurahkan. Kematian, tekanan, perlakuan tak manusiawi sepanjang penjajahan seolah menjadi ingatan yang tak lekang oleh waktu.
Rumah ini dulunya milik Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Pada tanggal 17 Agustus 1945, dini hari menjelang pukul 03.00 WIB, Ir Sukarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo berunding merangkai Naskah Proklamasi untuk mengumumkan kemerdekaan negara Republik Indonesia.
Rumah Laksamana Maeda yang jadi museum (Tasya/detikcom)
Pada Kamis (15/8/2019) detikcom berkesempatan untuk mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang terletak di Jl Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Untuk memasuki museum yang berbentuk rumah ini, wisatawan dikenakan biaya Rp 2.000/orang.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi mengikuti perkembangan teknologi. Di bagian depan, Anda akan disambut oleh virtual assistant yang akan membantu mencari informasi seputar museum, serta cerita sejarah proses proklamasi.
Langkah pertama memasuki museum, terlihat ruangan dengan desain klasik nan megah. Ada tangga menuju lantai dua, pada samping kanan terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang tersusun. Lampu hias yang menggantung memberikan kesan rumah pejabat penting pada masa itu, Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Pada bagian kiri, kita akan masuk ke ruangan bersejarah, tempat di mana Naskah Proklamasi dibuat oleh Ir Sukarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo. Tempat ini merupakan ruang makan Tadashi Maeda. Mereka berunding untuk menentukan rangkaian Naskah Proklamasi untuk diumumkan esok hari, disaksikan oleh Sukarni, Sayuti Melik dan BM Diah.
Sukarno, Hatta, Ahmad Soebarjo menulis teks Proklamasi (Tasya/detikcom)
Melangkah ke depan ruangan penulisan Naskah Proklamasi, terdapat ruang pertemuan, semacam ruang tamu dengan 4 kursi yang saling berhadapan, 1 di antaranya merupakan kursi panjang, di tengahnya terdapat meja bundar berukuran kecil dimana Ir Soekarno, Moh Hatta Ahmad Soebarjo pertama kali diterima oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda untuk menuliskan Naskah Proklamasi di dalam rumahnya.
Konsep pada naskah ini ditulis oleh Ir Sukarno, lalu Ahmad Soebarjo memberikan pemikirannya pada kalimat pertama teks proklamasi, dilanjutkan dengan Ir Sukarno dan Moh Hatta yang memberikan pemikiran pada kalimat kedua.
BACA JUGA: Eksklusif! Melihat Naskah Proklamasi yang Asli
Di ruang makan suasana mengharukan terasa, melihat bagaimana letak peristiwa sejarah itu dilakukan. Ada patung Ir Sukarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo merancang Naskah Proklamasi. Bayangkanlah Anda ikut bersama mereka 74 tahun silam di rumah yang sama. Mereka bertiga di ruang makan, sementara para tokoh Indonesia lain menunggu di teras dan ruang depan. Ruang makan ini menjadi saksi detik-detik lahirnya Naskah Proklamasi.
Setelah disetujui dan disepakati oleh 40-50 orang yang hadir di ruangan pengesahan, pada waktu menjelang Subuh di bulan Ramadan itu, Bung Karno meminta Sayuti Melik untuk menulis Naskah Proklamasi tersebut. Ruangan pengetikan Naskah Proklamasi terdapat di sebelah dapur, akan terlihat ketika Anda pertama kali memasuki rumah, dengan berjalan lurus ke depan Anda akan menemukan ruangan kecil dimana terdapat patung Sayuti Melik sedang mengetik naskah ditemani oleh BM Diah menggunakan mesin tik.
Sayuti Melik dan BM Diah mengetik teks Proklamasi (Tasya/detikcom)
Dalam penulisan, Sayuti Melik melakukan beberapa perubahan, yaitu pada kata "tempoh" menjadi "tempo", kata "wakil-wakil Bangsa Indonesia" berubah menjadi "Atas nama Bangsa Indonesia". Perubahan juga dilakukan pada penulisan hari, bulan dan tahun yang sebelumnya "Djakarta, 17-8-05" menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05".
Setelah naskah selesai diketik, maka langsung ditandatangani oleh Ir Sukarno dan Moh Hatta di atas piano yang terdapat di bawah tangga depan ruangan pengetikan. Piano tua ini menjadi benda bersejarah setelah penandatanganan itu.
Keesokan harinya setelah penandatanganan, proklamasi diumumkan di depan rakyat Indonesia, berlokasi di depan rumah Ir Sukarno di Jl Pegangsaan Timur No 56. Masyarakat yang hadir bersorak gembira menyambut kemerdekaan yang telah ditunggu-tunggu. Pada kota-kota tertentu, di waktu yang tidak bersamaan proklamasi kemerdekaan juga dilakukan, seperti di Surabaya pada tahun 1949, Kalimantan Barat pada tahun 1949 dan Bukittinggi pada tahun 1946.
Cerita sebelum dan sesudah kemerdekaan akan Anda dapatkan di lantai ke dua Museum, di sana terdapat koleksi museum yang menceritakan tentang peristiwa menjelang proklamasi dari kurun waktu 1942-1950. Dengan mendownload aplikasi yang tersedia, Anda dapat melihat gambar bergerak dengan mengarahkan telepon genggam ke koleksi museum yang terpasang.
Teknologi virtual assistant yang kekinian (Tasya/detikcom)
Gambar bergerak itu akan menceritakan tentang cerita peristiwa kemerdekaan dalam kurun waktu tertentu. Setelah melihat koleksi-koleksi museum, Anda akan tahu bagaimana sulitnya perjuangan para tokoh pejuang dalam memerdekakan negara Indonesia. Jatuh, bangun dan terpuruk tidak menyurutkan langkah pejuang untuk kemerdekaan bangsa.
Selain koleksi museum, terdapat pula koleksi-koleksi barang pribadi peninggalan para tokoh-tokoh yang hadir pada saat perumusan Naskah Proklamasi seperti topi, dasi, pakaian, ikat kepala dan lain sebagainya. Terdapat nama pemilik di samping barang-barang yang diletakkan di dalam etalase ini.
Museum ini juga memiliki kegiatan-kegiatan edukatif yaitu pameran konferensi meja bundar dan pengakuan kedaulatan yang dihadiri oleh siswa siswi SD, SMP dan SMA.
Pihak museum mengundang 150 sekolah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan.
"Tahun ini kita mengundang 150 sekolah SD, SMP, SMA di Jabodetabek dan kerja sama dengan Dinas Perhubungan untuk antar jemput mereka dan dengan Dinas Pendidkan DKI untuk memberi surat rekomendasi ke sekolah mereka bisa datang ke sini," ujar Wahyuni, Edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Anak-anak sekolah belajar sejarah (Tasya/detikcom)
Bertempat di aula, siswa-siswi yang datang ke lokasi tersebut akan diberikan informasi tentang museum dilanjutkan dengan berkeliling, kemudian mereka juga bisa coba-coba multimedia dan museum digital yang ada di sini.
"Anak-anak bisa lihat pertunjukan film di audiovisual, kemudian melihat pameran, dan juga nanti di akhir ada permainan di belakang ada permainan ular tangga. Anak-anak kan senang main game tapi ada pertanyaan-pertanyaannya yang bisa terjawab berdasarkan pameran di aula," kata Wahyuni.
Museum Naskah Proklamasi menjadi bukti sejarah yang tidak boleh dilupakan saat kita menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Indonesia Kita sebagai bangsa Indonesia sepatutnya mencontoh para pejuang yang tidak pernah menyerah dalam menyejahterakan rakyat dan mencintai negara Republik Indonesia.
Simak Video "Berkreasi di Museum Layang-Layang, Jakarta"
(fay/fay)
Museum Perumusan Naskah Proklamasi hadir untuk mengingatkan bangsa Indonesia betapa berartinya para tokoh pejuang kemerdekaan. Bertempat di Jl Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, museum ini memiliki kesan mendalam pada siapapun yang masuk ke dalamnya
Rumah bergaya Eropa ini adalah saksi sejarah detik-detik pembuatan Naskah Proklamasi. Inilah tempat Ir Sukarno menuliskan konsep Naskah Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat, setelah segala perjuangan keringat, dan tumpah darah tercurahkan. Kematian, tekanan, perlakuan tak manusiawi sepanjang penjajahan seolah menjadi ingatan yang tak lekang oleh waktu.
Rumah ini dulunya milik Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Pada tanggal 17 Agustus 1945, dini hari menjelang pukul 03.00 WIB, Ir Sukarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo berunding merangkai Naskah Proklamasi untuk mengumumkan kemerdekaan negara Republik Indonesia.

Pada Kamis (15/8/2019) detikcom berkesempatan untuk mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang terletak di Jl Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Untuk memasuki museum yang berbentuk rumah ini, wisatawan dikenakan biaya Rp 2.000/orang.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi mengikuti perkembangan teknologi. Di bagian depan, Anda akan disambut oleh virtual assistant yang akan membantu mencari informasi seputar museum, serta cerita sejarah proses proklamasi.
Langkah pertama memasuki museum, terlihat ruangan dengan desain klasik nan megah. Ada tangga menuju lantai dua, pada samping kanan terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang tersusun. Lampu hias yang menggantung memberikan kesan rumah pejabat penting pada masa itu, Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Pada bagian kiri, kita akan masuk ke ruangan bersejarah, tempat di mana Naskah Proklamasi dibuat oleh Ir Sukarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo. Tempat ini merupakan ruang makan Tadashi Maeda. Mereka berunding untuk menentukan rangkaian Naskah Proklamasi untuk diumumkan esok hari, disaksikan oleh Sukarni, Sayuti Melik dan BM Diah.

Melangkah ke depan ruangan penulisan Naskah Proklamasi, terdapat ruang pertemuan, semacam ruang tamu dengan 4 kursi yang saling berhadapan, 1 di antaranya merupakan kursi panjang, di tengahnya terdapat meja bundar berukuran kecil dimana Ir Soekarno, Moh Hatta Ahmad Soebarjo pertama kali diterima oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda untuk menuliskan Naskah Proklamasi di dalam rumahnya.
Konsep pada naskah ini ditulis oleh Ir Sukarno, lalu Ahmad Soebarjo memberikan pemikirannya pada kalimat pertama teks proklamasi, dilanjutkan dengan Ir Sukarno dan Moh Hatta yang memberikan pemikiran pada kalimat kedua.
BACA JUGA: Eksklusif! Melihat Naskah Proklamasi yang Asli
Di ruang makan suasana mengharukan terasa, melihat bagaimana letak peristiwa sejarah itu dilakukan. Ada patung Ir Sukarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo merancang Naskah Proklamasi. Bayangkanlah Anda ikut bersama mereka 74 tahun silam di rumah yang sama. Mereka bertiga di ruang makan, sementara para tokoh Indonesia lain menunggu di teras dan ruang depan. Ruang makan ini menjadi saksi detik-detik lahirnya Naskah Proklamasi.
Setelah disetujui dan disepakati oleh 40-50 orang yang hadir di ruangan pengesahan, pada waktu menjelang Subuh di bulan Ramadan itu, Bung Karno meminta Sayuti Melik untuk menulis Naskah Proklamasi tersebut. Ruangan pengetikan Naskah Proklamasi terdapat di sebelah dapur, akan terlihat ketika Anda pertama kali memasuki rumah, dengan berjalan lurus ke depan Anda akan menemukan ruangan kecil dimana terdapat patung Sayuti Melik sedang mengetik naskah ditemani oleh BM Diah menggunakan mesin tik.

Dalam penulisan, Sayuti Melik melakukan beberapa perubahan, yaitu pada kata "tempoh" menjadi "tempo", kata "wakil-wakil Bangsa Indonesia" berubah menjadi "Atas nama Bangsa Indonesia". Perubahan juga dilakukan pada penulisan hari, bulan dan tahun yang sebelumnya "Djakarta, 17-8-05" menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05".
Setelah naskah selesai diketik, maka langsung ditandatangani oleh Ir Sukarno dan Moh Hatta di atas piano yang terdapat di bawah tangga depan ruangan pengetikan. Piano tua ini menjadi benda bersejarah setelah penandatanganan itu.
Keesokan harinya setelah penandatanganan, proklamasi diumumkan di depan rakyat Indonesia, berlokasi di depan rumah Ir Sukarno di Jl Pegangsaan Timur No 56. Masyarakat yang hadir bersorak gembira menyambut kemerdekaan yang telah ditunggu-tunggu. Pada kota-kota tertentu, di waktu yang tidak bersamaan proklamasi kemerdekaan juga dilakukan, seperti di Surabaya pada tahun 1949, Kalimantan Barat pada tahun 1949 dan Bukittinggi pada tahun 1946.
Cerita sebelum dan sesudah kemerdekaan akan Anda dapatkan di lantai ke dua Museum, di sana terdapat koleksi museum yang menceritakan tentang peristiwa menjelang proklamasi dari kurun waktu 1942-1950. Dengan mendownload aplikasi yang tersedia, Anda dapat melihat gambar bergerak dengan mengarahkan telepon genggam ke koleksi museum yang terpasang.

Gambar bergerak itu akan menceritakan tentang cerita peristiwa kemerdekaan dalam kurun waktu tertentu. Setelah melihat koleksi-koleksi museum, Anda akan tahu bagaimana sulitnya perjuangan para tokoh pejuang dalam memerdekakan negara Indonesia. Jatuh, bangun dan terpuruk tidak menyurutkan langkah pejuang untuk kemerdekaan bangsa.
Selain koleksi museum, terdapat pula koleksi-koleksi barang pribadi peninggalan para tokoh-tokoh yang hadir pada saat perumusan Naskah Proklamasi seperti topi, dasi, pakaian, ikat kepala dan lain sebagainya. Terdapat nama pemilik di samping barang-barang yang diletakkan di dalam etalase ini.
Museum ini juga memiliki kegiatan-kegiatan edukatif yaitu pameran konferensi meja bundar dan pengakuan kedaulatan yang dihadiri oleh siswa siswi SD, SMP dan SMA.
Pihak museum mengundang 150 sekolah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan.
"Tahun ini kita mengundang 150 sekolah SD, SMP, SMA di Jabodetabek dan kerja sama dengan Dinas Perhubungan untuk antar jemput mereka dan dengan Dinas Pendidkan DKI untuk memberi surat rekomendasi ke sekolah mereka bisa datang ke sini," ujar Wahyuni, Edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Bertempat di aula, siswa-siswi yang datang ke lokasi tersebut akan diberikan informasi tentang museum dilanjutkan dengan berkeliling, kemudian mereka juga bisa coba-coba multimedia dan museum digital yang ada di sini.
"Anak-anak bisa lihat pertunjukan film di audiovisual, kemudian melihat pameran, dan juga nanti di akhir ada permainan di belakang ada permainan ular tangga. Anak-anak kan senang main game tapi ada pertanyaan-pertanyaannya yang bisa terjawab berdasarkan pameran di aula," kata Wahyuni.
Museum Naskah Proklamasi menjadi bukti sejarah yang tidak boleh dilupakan saat kita menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Indonesia Kita sebagai bangsa Indonesia sepatutnya mencontoh para pejuang yang tidak pernah menyerah dalam menyejahterakan rakyat dan mencintai negara Republik Indonesia.
Simak Video "Berkreasi di Museum Layang-Layang, Jakarta"
(fay/fay)