- Bukit Seribu Besek di Purworejo, Jawa Tengah adalah salah satu destinasi wisata yang sedang naik daun. Seperti apa sih tempatnya dan mengapa namanya 'besek'?
08/09/2019 17:20:14

Purworejo - Bukit Seribu Besek di Purworejo, Jawa Tengah adalah salah satu destinasi wisata yang sedang naik daun. Seperti apa sih tempatnya dan mengapa namanya 'besek'?
Besek adalah sebuah tempat makanan berbentuk kotak dengan ukuran sekitar 20 cm x 20 cm yang terbuat dari anyaman bambu. Oleh warga desa, besek sering digunakan sebagai wadah untuk menaruh berbagai makanan misalnya dalam sebuah acara hajatan.
Pengelola wisata sekaligus sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat, Miftakhu Khafid (23) menuturkan bahwa nama Bukit Seribu Besek sendiri disematkan oleh warga setempat bukan karena adanya besek berjumlah 1.000 buah dalam obyek wisata tersebut, melainkan memiliki makna bahwa angka 1.000 dianggap sebagai jumlah yang banyak sekaligus untuk mengangkat nama desa sebagai sentra pembuatan besek terbesar di Purworejo. Kini, desa wisata yang terbentuk karena ikon besek tersebut terus berbenah dan terus dikembangkan demi memanjakan pengunjung dengan berbagai spot selfi yang instagramable.
"Jadi bukan karena ada seribu besek di bukit ini, tapi jumlah seribu itu melambangkan jumlah yang banyak sekaligus untuk mengangkat potensi desa karena sini ikonnya adalah besek dan merupakan sentra pembuatan besek terbesar di Purworejo," kata Miftakhu Khafid ketika ditemui detikcom di Bukit Seribu Besek, Minggu (8/9/2019).
Foto: (Rinto Heksantoro/detikcom)
Bukit cantik nan mempesona ini terletak di Dusun Kalipancer, Desa Guntur, Kecamatan Bener, Purworejo. Meski baru diresmikan pada awal Mei 2019 lalu, setiap hari obyek wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan terutama saat akhir pekan tiba. Tak hanya kawula muda, anak-anak hingga orang tua juga tak mau kalah berebut pemandangan elok dengan angin sepoi-sepoi nan sejuk dan membius mata.
Obwis ini sangat mudah dijangkau karena letaknya tepat berada di samping jalan desa beraspal yang halus dan bisa dilintasi mobil hingga bus. Bukit yang terletak sekitar 18 KM dari pusat kota Purworejo ke arah barat laut ini bisa dikunjungi melalui jalan raya Purworejo - Magelang. Setelah belok dari jalan raya utama ke arah barat menuju Desa Guntur, pengunjung akan disuguhi pemandangan indah di kanan kiri jalan yang berkelok sebelum akhirnya tiba bukit yang dipayungi oleh rimbunnya pepohonan pinus.
Sebelum masuk ke lokasi, pegunjung akan dikenakan biaya tiket sebesar Rp 5.000 per orang. Gapura dari ikatan batang-batang bambu yang diikat sedemikian rupa di sudut kanan kiri akan menyambut langkah kita. Setapak demi setapak, kaki kita akan merasakan jalan masuk yang terbuat dari susunan batu kali. Meski disebut bukit, namun pengunjung tidak perlu berjalan menanjak terlalu tinggi, bahkan belum sempat peluh keringat keluar, kaki sudah sampai di puncak bukit.
Besek-besek raksasa warna warni yang bergelantungan di atas kepala pengunjung seakan mengajak pengunjung untuk segera masuk dan menikmati keindahan bukit dengan berbagai spot foto yang apik dan fasilitas yang lengkap bahkan unik. Spot selfi seperti sayap bidadari, kupu-kupu hingga motor gede yang terbuat dari barang bekas disajikan di atas bukit itu.
"Fasilitas yang lain ada toilet, musala, gashebo, hammock, area camping plus tenda dan arena outbond untuk anak-anak. Rencana kedepan akan terus kami kembangan dengan membuat spot selfi lain seperti sepeda terbang, flying fox, karpet terbang dan lain-lain," papar Khafid.
Foto: (Rinto Heksantoro/detikcom)
Tak hanya itu, salah satu fasilitas unik yang disediakan di puncak bukit tersebut adalah tempat untuk menggelar pernikahan. Uniknya, segala macam barang dan tempat yang digunakan dalam pesta pernikahan tersebut terbuat dari barang bekas dan limbah plastik termasuk pakaian kedua mempelai.
"Untuk yang tempat nikah kami sewakan per paket sekitar Rp 6 juta. Dekorasinya, tempat duduk tamu, pakaian pengantin dan lain-lalin semuanya terbuat dari barang bekas atau limbah plastik," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pengunjung Renita Sari (17) nampak asyik berfoto di setiap spot selfi yang ada. Teman-temannya pun tak mau ketinggalan berpose di depan kamera ponsel milik mereka dengan latar belakang pemandangan alam yang terhampar bak permadani. Meski sudah berkali-kali ke tempat itu, tak sedikitpun rasa bosan hinggap padanya karena terhipnotis keindahan Bukit Seribu Besek.
"Udah sering ke sini, tapi tetap nggak bosan. Tempatnya bagus, udaranya sejuk, banyak pohon-pohon. Kalau yang dari kota refreshing ke sini sangat cocok," ucap Renita.
Foto: (Rinto Heksantoro/detikcom)
Karena dibuat untuk mendongkrak kearifan lokal demi meningkatkan ekonomi, tak lengkap rasanya jika di desa wisata tersebut pengunjung belum belajar bagaimana caranya membuat besek. Setelah puas berfoto selfi dan menikmati fasilitas lain yang ada, pengunjung bisa mampir di warung-warung tradisional yang berjajar di depan pintu masuk untuk mencicipi makanan khas Purworejo sekaligus belajar membuat besek.
Pedagang di tempat itu semuanya sudah ahli dalam membuat besek, termasuk salah satunya adalah Ida Ariyanti (32). Belajar sejak kecil dari orang tuanya yang juga pengrajin besek secara turun temurun, tangan Ida nampak cekatan menganyam keratan bambu menjadi sebuah besek. Hanya beberapa menit saja, sebuah besek siap pakai sudah terbentuk dengan sempurna.
Meski terkesan sulit, namun pengunjung akan diajari bagaimana cara menganyam besek dengan benar dan tanpa dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Jika pengunjung atau masyarakat lain ingin membeli besek siap pakai, maka hasil anyaman bambu itu akan dijual dengan harga Rp 1.600 per pasang.
Ida mengaku, dengan adanya obwis Bukit Seribu Besek sebagai ikon desa tersebut, hasil penjualan besek bisa terus meningkat. Tak hanya dipasarkan di Purworejo dan kota-kota besar di sekitarnya saja, namun besek buatan Desa Guntur itu bahkan bisa menembus kota Jakarta.
"Pengunjung yang mau belajar bikin besek silahkan saja, gratis nggak bayar. Pedagang makanan yang di sini semuanya juga penganyam besek jadi bisa milih mau belajar sama siapa, semua sudah ahli karena memang sini sentra pembuat besek. Dan alhamdulillah dengan adanya desa wisata Bukit Seribu Besek ini penjualan besek terus meningkat dan otomatis meningkatkan taraf ekonomi warga," tutur Ida.
Foto: (Rinto Heksantoro/detikcom)
Bukit Seribu Besek dengan area pengembangan seluas 7,5 hektare menjadi destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan tempat wisata yang juga mengedukasi serta mencerdaskan. Terlebih, jika nanti mega proyek pemerintah pusat yakni Bendung Bener yang merupakan bendungan tertinggi di Indonesia usai dibangun, maka akan menambah daya pikat tersendiri karena akan tampak indah jika dilihat dari atas bukit.
Simak Video "Lukisan Arang dari Purworejo"
(aff/aff)
Besek adalah sebuah tempat makanan berbentuk kotak dengan ukuran sekitar 20 cm x 20 cm yang terbuat dari anyaman bambu. Oleh warga desa, besek sering digunakan sebagai wadah untuk menaruh berbagai makanan misalnya dalam sebuah acara hajatan.
Pengelola wisata sekaligus sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat, Miftakhu Khafid (23) menuturkan bahwa nama Bukit Seribu Besek sendiri disematkan oleh warga setempat bukan karena adanya besek berjumlah 1.000 buah dalam obyek wisata tersebut, melainkan memiliki makna bahwa angka 1.000 dianggap sebagai jumlah yang banyak sekaligus untuk mengangkat nama desa sebagai sentra pembuatan besek terbesar di Purworejo. Kini, desa wisata yang terbentuk karena ikon besek tersebut terus berbenah dan terus dikembangkan demi memanjakan pengunjung dengan berbagai spot selfi yang instagramable.
"Jadi bukan karena ada seribu besek di bukit ini, tapi jumlah seribu itu melambangkan jumlah yang banyak sekaligus untuk mengangkat potensi desa karena sini ikonnya adalah besek dan merupakan sentra pembuatan besek terbesar di Purworejo," kata Miftakhu Khafid ketika ditemui detikcom di Bukit Seribu Besek, Minggu (8/9/2019).

Bukit cantik nan mempesona ini terletak di Dusun Kalipancer, Desa Guntur, Kecamatan Bener, Purworejo. Meski baru diresmikan pada awal Mei 2019 lalu, setiap hari obyek wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan terutama saat akhir pekan tiba. Tak hanya kawula muda, anak-anak hingga orang tua juga tak mau kalah berebut pemandangan elok dengan angin sepoi-sepoi nan sejuk dan membius mata.
Obwis ini sangat mudah dijangkau karena letaknya tepat berada di samping jalan desa beraspal yang halus dan bisa dilintasi mobil hingga bus. Bukit yang terletak sekitar 18 KM dari pusat kota Purworejo ke arah barat laut ini bisa dikunjungi melalui jalan raya Purworejo - Magelang. Setelah belok dari jalan raya utama ke arah barat menuju Desa Guntur, pengunjung akan disuguhi pemandangan indah di kanan kiri jalan yang berkelok sebelum akhirnya tiba bukit yang dipayungi oleh rimbunnya pepohonan pinus.
Sebelum masuk ke lokasi, pegunjung akan dikenakan biaya tiket sebesar Rp 5.000 per orang. Gapura dari ikatan batang-batang bambu yang diikat sedemikian rupa di sudut kanan kiri akan menyambut langkah kita. Setapak demi setapak, kaki kita akan merasakan jalan masuk yang terbuat dari susunan batu kali. Meski disebut bukit, namun pengunjung tidak perlu berjalan menanjak terlalu tinggi, bahkan belum sempat peluh keringat keluar, kaki sudah sampai di puncak bukit.
Besek-besek raksasa warna warni yang bergelantungan di atas kepala pengunjung seakan mengajak pengunjung untuk segera masuk dan menikmati keindahan bukit dengan berbagai spot foto yang apik dan fasilitas yang lengkap bahkan unik. Spot selfi seperti sayap bidadari, kupu-kupu hingga motor gede yang terbuat dari barang bekas disajikan di atas bukit itu.
"Fasilitas yang lain ada toilet, musala, gashebo, hammock, area camping plus tenda dan arena outbond untuk anak-anak. Rencana kedepan akan terus kami kembangan dengan membuat spot selfi lain seperti sepeda terbang, flying fox, karpet terbang dan lain-lain," papar Khafid.

Tak hanya itu, salah satu fasilitas unik yang disediakan di puncak bukit tersebut adalah tempat untuk menggelar pernikahan. Uniknya, segala macam barang dan tempat yang digunakan dalam pesta pernikahan tersebut terbuat dari barang bekas dan limbah plastik termasuk pakaian kedua mempelai.
"Untuk yang tempat nikah kami sewakan per paket sekitar Rp 6 juta. Dekorasinya, tempat duduk tamu, pakaian pengantin dan lain-lalin semuanya terbuat dari barang bekas atau limbah plastik," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pengunjung Renita Sari (17) nampak asyik berfoto di setiap spot selfi yang ada. Teman-temannya pun tak mau ketinggalan berpose di depan kamera ponsel milik mereka dengan latar belakang pemandangan alam yang terhampar bak permadani. Meski sudah berkali-kali ke tempat itu, tak sedikitpun rasa bosan hinggap padanya karena terhipnotis keindahan Bukit Seribu Besek.
"Udah sering ke sini, tapi tetap nggak bosan. Tempatnya bagus, udaranya sejuk, banyak pohon-pohon. Kalau yang dari kota refreshing ke sini sangat cocok," ucap Renita.

Karena dibuat untuk mendongkrak kearifan lokal demi meningkatkan ekonomi, tak lengkap rasanya jika di desa wisata tersebut pengunjung belum belajar bagaimana caranya membuat besek. Setelah puas berfoto selfi dan menikmati fasilitas lain yang ada, pengunjung bisa mampir di warung-warung tradisional yang berjajar di depan pintu masuk untuk mencicipi makanan khas Purworejo sekaligus belajar membuat besek.
Pedagang di tempat itu semuanya sudah ahli dalam membuat besek, termasuk salah satunya adalah Ida Ariyanti (32). Belajar sejak kecil dari orang tuanya yang juga pengrajin besek secara turun temurun, tangan Ida nampak cekatan menganyam keratan bambu menjadi sebuah besek. Hanya beberapa menit saja, sebuah besek siap pakai sudah terbentuk dengan sempurna.
Meski terkesan sulit, namun pengunjung akan diajari bagaimana cara menganyam besek dengan benar dan tanpa dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Jika pengunjung atau masyarakat lain ingin membeli besek siap pakai, maka hasil anyaman bambu itu akan dijual dengan harga Rp 1.600 per pasang.
Ida mengaku, dengan adanya obwis Bukit Seribu Besek sebagai ikon desa tersebut, hasil penjualan besek bisa terus meningkat. Tak hanya dipasarkan di Purworejo dan kota-kota besar di sekitarnya saja, namun besek buatan Desa Guntur itu bahkan bisa menembus kota Jakarta.
"Pengunjung yang mau belajar bikin besek silahkan saja, gratis nggak bayar. Pedagang makanan yang di sini semuanya juga penganyam besek jadi bisa milih mau belajar sama siapa, semua sudah ahli karena memang sini sentra pembuat besek. Dan alhamdulillah dengan adanya desa wisata Bukit Seribu Besek ini penjualan besek terus meningkat dan otomatis meningkatkan taraf ekonomi warga," tutur Ida.

Bukit Seribu Besek dengan area pengembangan seluas 7,5 hektare menjadi destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan tempat wisata yang juga mengedukasi serta mencerdaskan. Terlebih, jika nanti mega proyek pemerintah pusat yakni Bendung Bener yang merupakan bendungan tertinggi di Indonesia usai dibangun, maka akan menambah daya pikat tersendiri karena akan tampak indah jika dilihat dari atas bukit.
Simak Video "Lukisan Arang dari Purworejo"
(aff/aff)