- Ada pesona "surga" tersingkap di balik pembangunan PLTA Rajamandala di Cisameng, Bandung. Namanya Sanghyangkenit dan seperti ini daya tariknya.
03/10/2019 09:50:00

Bandung - Ada pesona "surga" tersingkap di balik pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rajamandala di Cisameng, Rajamandala Kulon, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Namanya Sanghyang Kenit.
Dibendungnya aliran Sungai Citarum Purba ke PLTA Rajamandala, membuat air yang melewati Sanghyang Kenit mendangkal. Arus sungai yang deras mulai menjinak, menyisakan air sungai yang mengalir tenang di antara bebatuan purba.
Rasa gerah setelah melewati jalanan di area pertambangan Cipatat, tempat hilir mudik truk bermuatan batu berukuran besar, luruh seketika melihat alam yang asri dan air yang jernih.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Anak-anak tampak girang menyepak air di sungai berwarna toska bening itu. Di badan mereka terpasang pelampung, ada juga yang berenang dengan orang tuanya sambil mengapung di atas ban karet yang disewakan pengelola.
Di sebelah timur, tampak beberapa anak remaja asyik berfoto dengan pemandangan bebatuan yang kolosal. Sementara, pengunjung lainnya santai berbaring di atas hammock dengan semilir angin yang merayap diantara ngarai yang membentuk atap alami.
Biaya masuknya relatif murah. Cukup merogoh kocek Rp 5.000 per orang untuk masuk. Sebelum itu ada pula biaya parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor dan Rp 10 ribu buat mobil.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Pesona Sanghyang Kenit tak hanya di wisata airnya semata, tapi juga ada goa yang bisa dijelajahi oleh wisatawan. Goa ini semula merupakan tempat aliran sungai bawah tanah dengan reruntuhan batuan kapur.
Pengunjung yang bermaksud wisata goa di sini akan dipandu oleh pemandu lokal dengan tarif Rp 150 ribu per orang. Penelusuran gua eksotis ini cukup menantang karena akan melewati celah gua yang sempit dan licin.
Belum lagi dengan rute melewati genangan air Citarum Purba setinggi perut, yang masih dihuni oleh berbagai jenis ikan seperti baung dan gabus. Siapkan stamina dan lampu senter meskipun pemandu akan memberikan fasilitas helm dan pelampung.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Perjalanan menelusuri gua akan memakan waktu sekitar 45 menit. Bila air sedang tinggi, wisatawan bisa melakukan tubing dari Sanghyang Tikoro yang menjadi pintu keluar gua menuju titik awal Sanghyang Kenit.
Perjalanan wisata kian sempurna ketika dipungkas dengan menjaja nasi liwet yang disediakan warga Kampung Cisameng dan pisang yang tumbuh di bantaran sungai.
Konon, nama Sanghyang Kenit berasal dari kata "kenit" yang berarti arus yang memutar. Versi lain menyebut, berasal dari nama domba kenit yang memiliki corak sabuk melingkar di badannya. Hewan itu dijadikan sesembahan oleh leluhur adat dan disembelih di area wisata sekarang.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Saat ini pengelolaan Sanghyang Kenit berada di tangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Cisameng, Rajamandala Kulon. Kehadiran PLTA Rajamandala juga memberikan energi baru untuk memutar roda ekonomi warga setempat.
Doddy Aang Satibi (24), pengelola Sanghyang Kenit, mengatakan bahwa saat ini ada puluhan warga di Kampung Cisameng yang mengais rezeki dengan hadirnya wisata baru ini.
"Sangat terasa bagi masyarakat, walau nilainya belum besar karena masih merintis. Tapi bisa menjadi sampingan di kala pemuda yang masih sulit bekerja, ibu-ibu membuka warung dan ibu PKK menjadi penyedia nasi liwet pesanan para pengunjung," ujar Doddy ketika berbincang dengan detikcom belum lama ini.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Ia menilai, warga menjadi kompak dan bergotong royong dalam usaha mengembangkan wisata Sanghyang Kenit. Ia dan warga lainnya pun terus berkomitmen untuk menjaga keasrian wisata ini.
"Kami juga selalu mengimbau kepada pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan, ini yang akan masyarakat Cisameng pertahankan," ujarnya.
Rencananya, pihak pengelola akan menambah fasilitas lainnya. Seperti wisata water line, panjat tebing, dan hammocking.
"Perlahan, tapi kita akan benahi dulu soal akses jalan dari parkiran ke lokasi Sanghyang Kenit, meski baru beberapa bulan sudah ada ribuan wisatawan di akhir pekan, bahkan ada dari Mancanegara seperti dari Cina dan Singapura," tuturnya.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
Energi Terbarukan yang Ramah Lingkungan
Kehadiran PLTA Rajamandala yang baru beroperasi pada Mei 2019 itu menyerap tenaga kerja dari warga setempat. Di samping itu fasilitas jalan untuk menunjang wisata daerah pun dikembangkan.
"Menurut saya dampak positifnya PLTA yang baru salah satunya adalah infrastruktur jalan kampung yang jadi bagus, juga lapangan pekerjaan buat warga ada, terus PLTA baru memberi fasilitas olahraga buat masyarakat," ujar Doddy.
PLTA ini merupakan program Renewable Energy PLN sesuai dengan Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019 - 2028.
Pesona Sanghyang Kenit. (Foto: Yudha Maulana/detikcom)
"Air yang tadinya kotor di kota Bandung, masuk ke Saguling dan di Saguling kita manfaatkan menjadi listrik yang hemat lingkungan," ujar Komisaris Utama PT PLN, Ilya Novanti di sela kunjungannya ke PLTA Saguling di sela kunjungannya 24 Juli 2019 lalu.
PLTA Rajamandala mulai beroperasi sejak 12 Mei 2019 dengan kapasitas 47 MW. Proyek yang dimulai pada tahun 2012 ini memasok ke sistem kelistrikan Jawa - Bali melalui transmisi 150 kV Cianjur - Cigereleng.
"Untuk membangun pembangkit ini, kita mengalami tiga kali kegagalan, tapi putra putri Indonesia ini tidak menyerah dan melakukan investigasi kenapa proyek ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, akhirnya bisa ditemukan solusinya," kata Ilya.
Ilya pun mengatakan, selain harga Kwh yang lebih murah dan ramah lingkungan, PLTA Rajamandala juga berpotensi dijadikan objek wisata, yakni Sanghyangkenit.
"Bila lingkungannya bagus, perekonomiannya juga bagus. Mungkin di tempat lain mungkin ini bisa dijadikan percontohan tenaga listrik yang ramah lingkungan," tutur Ilya.
Plt Dirut PT Indonesia Power M Ahsin Sidqi mengatakan, proyek ini merupakan kerja sama patungan dengan Kansai Electric Power Corp Japan (KEPCO), yakni PT Rajamandala Electric Power. Pembiayaan Pembangunan tersebut menggunakan loan dari Bank JBIC dan Mizuho. Serta dari Equity PT Indonesia Power dan KEPCO Japan. PT PLN Persero juga menggandeng perusahaan lain sebagai penjamin dari proyek ini Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA).
"Air yang masuk ke PLTA ini lebih jernih, karena sudah tersaring. Tailing Saguling ini memang tersohor di dunia, dan kami persembahkan listrik terbarukan untuk masyarakat di Jawa-Bali," ujarnya.
Simak Video "Ini Destinasi Wisata Domestik Paling Banyak Dicari di Google"
(krs/aff)
Dibendungnya aliran Sungai Citarum Purba ke PLTA Rajamandala, membuat air yang melewati Sanghyang Kenit mendangkal. Arus sungai yang deras mulai menjinak, menyisakan air sungai yang mengalir tenang di antara bebatuan purba.
Rasa gerah setelah melewati jalanan di area pertambangan Cipatat, tempat hilir mudik truk bermuatan batu berukuran besar, luruh seketika melihat alam yang asri dan air yang jernih.

Anak-anak tampak girang menyepak air di sungai berwarna toska bening itu. Di badan mereka terpasang pelampung, ada juga yang berenang dengan orang tuanya sambil mengapung di atas ban karet yang disewakan pengelola.
Di sebelah timur, tampak beberapa anak remaja asyik berfoto dengan pemandangan bebatuan yang kolosal. Sementara, pengunjung lainnya santai berbaring di atas hammock dengan semilir angin yang merayap diantara ngarai yang membentuk atap alami.
Biaya masuknya relatif murah. Cukup merogoh kocek Rp 5.000 per orang untuk masuk. Sebelum itu ada pula biaya parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor dan Rp 10 ribu buat mobil.

Pesona Sanghyang Kenit tak hanya di wisata airnya semata, tapi juga ada goa yang bisa dijelajahi oleh wisatawan. Goa ini semula merupakan tempat aliran sungai bawah tanah dengan reruntuhan batuan kapur.
Pengunjung yang bermaksud wisata goa di sini akan dipandu oleh pemandu lokal dengan tarif Rp 150 ribu per orang. Penelusuran gua eksotis ini cukup menantang karena akan melewati celah gua yang sempit dan licin.
Belum lagi dengan rute melewati genangan air Citarum Purba setinggi perut, yang masih dihuni oleh berbagai jenis ikan seperti baung dan gabus. Siapkan stamina dan lampu senter meskipun pemandu akan memberikan fasilitas helm dan pelampung.

Perjalanan menelusuri gua akan memakan waktu sekitar 45 menit. Bila air sedang tinggi, wisatawan bisa melakukan tubing dari Sanghyang Tikoro yang menjadi pintu keluar gua menuju titik awal Sanghyang Kenit.
Perjalanan wisata kian sempurna ketika dipungkas dengan menjaja nasi liwet yang disediakan warga Kampung Cisameng dan pisang yang tumbuh di bantaran sungai.
Konon, nama Sanghyang Kenit berasal dari kata "kenit" yang berarti arus yang memutar. Versi lain menyebut, berasal dari nama domba kenit yang memiliki corak sabuk melingkar di badannya. Hewan itu dijadikan sesembahan oleh leluhur adat dan disembelih di area wisata sekarang.

Saat ini pengelolaan Sanghyang Kenit berada di tangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Cisameng, Rajamandala Kulon. Kehadiran PLTA Rajamandala juga memberikan energi baru untuk memutar roda ekonomi warga setempat.
Doddy Aang Satibi (24), pengelola Sanghyang Kenit, mengatakan bahwa saat ini ada puluhan warga di Kampung Cisameng yang mengais rezeki dengan hadirnya wisata baru ini.
"Sangat terasa bagi masyarakat, walau nilainya belum besar karena masih merintis. Tapi bisa menjadi sampingan di kala pemuda yang masih sulit bekerja, ibu-ibu membuka warung dan ibu PKK menjadi penyedia nasi liwet pesanan para pengunjung," ujar Doddy ketika berbincang dengan detikcom belum lama ini.

Ia menilai, warga menjadi kompak dan bergotong royong dalam usaha mengembangkan wisata Sanghyang Kenit. Ia dan warga lainnya pun terus berkomitmen untuk menjaga keasrian wisata ini.
"Kami juga selalu mengimbau kepada pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan, ini yang akan masyarakat Cisameng pertahankan," ujarnya.
Rencananya, pihak pengelola akan menambah fasilitas lainnya. Seperti wisata water line, panjat tebing, dan hammocking.
"Perlahan, tapi kita akan benahi dulu soal akses jalan dari parkiran ke lokasi Sanghyang Kenit, meski baru beberapa bulan sudah ada ribuan wisatawan di akhir pekan, bahkan ada dari Mancanegara seperti dari Cina dan Singapura," tuturnya.

Energi Terbarukan yang Ramah Lingkungan
Kehadiran PLTA Rajamandala yang baru beroperasi pada Mei 2019 itu menyerap tenaga kerja dari warga setempat. Di samping itu fasilitas jalan untuk menunjang wisata daerah pun dikembangkan.
"Menurut saya dampak positifnya PLTA yang baru salah satunya adalah infrastruktur jalan kampung yang jadi bagus, juga lapangan pekerjaan buat warga ada, terus PLTA baru memberi fasilitas olahraga buat masyarakat," ujar Doddy.
PLTA ini merupakan program Renewable Energy PLN sesuai dengan Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019 - 2028.

"Air yang tadinya kotor di kota Bandung, masuk ke Saguling dan di Saguling kita manfaatkan menjadi listrik yang hemat lingkungan," ujar Komisaris Utama PT PLN, Ilya Novanti di sela kunjungannya ke PLTA Saguling di sela kunjungannya 24 Juli 2019 lalu.
PLTA Rajamandala mulai beroperasi sejak 12 Mei 2019 dengan kapasitas 47 MW. Proyek yang dimulai pada tahun 2012 ini memasok ke sistem kelistrikan Jawa - Bali melalui transmisi 150 kV Cianjur - Cigereleng.
"Untuk membangun pembangkit ini, kita mengalami tiga kali kegagalan, tapi putra putri Indonesia ini tidak menyerah dan melakukan investigasi kenapa proyek ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, akhirnya bisa ditemukan solusinya," kata Ilya.
Ilya pun mengatakan, selain harga Kwh yang lebih murah dan ramah lingkungan, PLTA Rajamandala juga berpotensi dijadikan objek wisata, yakni Sanghyangkenit.
"Bila lingkungannya bagus, perekonomiannya juga bagus. Mungkin di tempat lain mungkin ini bisa dijadikan percontohan tenaga listrik yang ramah lingkungan," tutur Ilya.
Plt Dirut PT Indonesia Power M Ahsin Sidqi mengatakan, proyek ini merupakan kerja sama patungan dengan Kansai Electric Power Corp Japan (KEPCO), yakni PT Rajamandala Electric Power. Pembiayaan Pembangunan tersebut menggunakan loan dari Bank JBIC dan Mizuho. Serta dari Equity PT Indonesia Power dan KEPCO Japan. PT PLN Persero juga menggandeng perusahaan lain sebagai penjamin dari proyek ini Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA).
"Air yang masuk ke PLTA ini lebih jernih, karena sudah tersaring. Tailing Saguling ini memang tersohor di dunia, dan kami persembahkan listrik terbarukan untuk masyarakat di Jawa-Bali," ujarnya.
Simak Video "Ini Destinasi Wisata Domestik Paling Banyak Dicari di Google"
(krs/aff)