LOGO

News

Gili Gede Populer Hingga Eropa, Sayang Investor Lokal Langka

24/11/2019 18:14:00
Gili Gede pulau kecil di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, menjadi destinasi wisata yacht, yang dilabuhi kapal-kapal layar dari Australia dan Eropa.
  • Gili Gede pulau kecil di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, menjadi destinasi wisata yacht, yang dilabuhi kapal-kapal layar dari Australia dan Eropa.

TEMPO.CO, Jakarta - Belasan yacht yang tiang-tiangnya tampak anggun itu, melego jangkar di perairan Gili Gede. Sebagian lainnya berlabuh di marina pulau itu. Pemandangan seperti itu, rutin saban hari tampak di perairan Gili Gede.    

Gili Gede merupakan spot persinggahan yacht-yachy yang mengarungi Atlantik ke Pasifik, yang menghubungkan para petualang yacht dari Australia hingga ke Eropa, atau sebaliknya. 

Para wisatawan mancanegara (wisman) -- para pemilik yacht itu -- datang dari Australia dan Eropa, mulai dari Jerman, Perancis, Italia, hingga Belanda, "Saya suka di sini tenang," kata seorang wanita asal Paris yang menyebut namanya Woman di Thamarind Gili Gede. Sebelumnya, ia sudah menginap di Senggigi, sebuah destinasi yang mengangkat pariwisata di Lombok pertama kali sebelum 1990-an.

Gili Gede disukai karena suasananya masih sepi. Tidak ada hiruk pikuk keramaian sehingga wisatawan  dapat menikmati kesunyian. "Mereka tidak suka bising," kata Sila, seorang staf Thamarind Gili Gede kepada TEMPO, Sabtu 23 November 2019. Sebelumnya, tamunya keberatan adanya suara alat berat yang digunakan untuk menangani pekerjaan pengurukan tanah di sekitar pantai.

Thamarind Gili Gede, satu-satunya akomodasi yang dilimiliki pengusaha lokal. TEMPO/Supriyantho Khafid

Mereka yang menginap di sana bisa mendapatkan tempat-tempat menyelam atau sekadar snorkling, untuk menengok keindahan alam bawah lautnya di seputaran pulau Gili Rengit, Gili Layar atau beragam spot pilihan lainnya. Biaya untuk memancing, snorkling, diving atau menikmati pemandangan terumbu karang, Rp350.000 per tiga jam.

Gili Gede adalah satu gili (pulau kecil) terbesar di antara 23 gili pulau di Lombok Barat. Pulau yang luasnya mencapai 300 hektar dan jarak kelilingnya mencapai 15 kilometer. Sementara dari ujung selatan ke utara sepanjang enam kilometer, dan dihuni sekitar 450 kepala keluarga atau sekitar 1.500 orang. Selama lebih dari 10 tahun terakhir, Gili Gede  menjadi salah satu destinasi wisatawan mancanegara.

Menjangkau Gili Gede dari Kecamatan Sekotong, Lombok Barat juga tak sulit. Wisatawan cukup menggunakan perahu berbiaya Rp15.000 per orang, dari dermaga dermaga penyeberangan Tembowor atau Temeram di daratan Sekotong Lombok. Waktu tempuhnya hanya 10-15 menit. Sementara untuk penginapan terdapat sekitar 10 penginapan yang memiliki 100-an kamar berbagai kelas tarif, mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp5 juta semalam.

Saat pulau mungil itu kian populer, hanya Abubakar Abdullah yang menjadi pemilik usaha penginapan di sana. Di atas lahan seluas satu hektar, sejak lima tahun terakhir, ia juga membangun homestay yang jika musim sepi sembilan kamar standarnya bertarif Rp500.000 per malam. Angkanya merambat naik saat musim liburan, bisa Rp750.000 per malam. Abubakar juga memiliki delapan kamar ekonomi bertarif Rp275.000 per malam. 

Penginapan lainnya, milik orang asing. Baik yang menyewa atau membeli lahan namun mengatasnamakan istrinya yang Indonesia. Seorang warga asal Perth, Australia Barat, Nigel Barrow, 48, yang sudah lima tahun di Gili Gede menjelaskan dirinya membangun 26 kamar berbentuk joglo. Bakar Estate yang dibangun di atas lahan seluas 1,6 hektar menargetkan diinapi wisatawan high class yang mampu membayar kamarnya Rp 5 juta sehari.

Penduduk lokal memang belum mampu berinvestasi. Mereka, menurut Kepala Desa Gili Gede Indah Haji Musdan, pekerjaan sehari-harinya nelayan dan kalaupun ada yang lain hanyalah memiliki usaha perorangan, "Karena masyarakat belum memiliki uang yang cukup untuk investasi," ucapnya.

Wisatawan selain melabuhkan yacht, juga memancing, snorkeling, dan menyelam. Paket tiga jam wisata bahari itu Rp350.000. TEMPO/Supriyantho Khafid

Ketika menerima kunjungan Kepala Otoritas Jasa Keuangan Nusa Tenggara Barat (OJK NTB) Farid Faletehan yang melakukan sosialisasi dan edukasi keuangan, Sabtu 23 November 2019 siang, Abubakar Abdullah mengatakan jangan sampai pengeloaan wisatawan di Gili Gede Indah dikuasai orang asing.

"Jangan sampai warga di sini hanya menjadi penonton makanya harus disiapkan permodalannya," kata Abubakar Abdullah.

Berita selanjutnya