LOGO

News

Mengenal Nyaneut, Tradisi Minum Teh Khas Garut yang Dulu Disajikan dalam Teko Bambu

Mengenal Nyaneut, Tradisi Minum Teh Khas Garut yang Dulu Disajikan dalam Teko Bambu

08/05/2020 19:09:00
Tradisi Nyaneut dilakukan untuk mendekatkan orang-orang dengan minum teh secara bersamaan. Biasanya, umbi-umbian rebus dijadikan sebagai kudapan.
  • Tradisi Nyaneut dilakukan untuk mendekatkan orang-orang dengan minum teh secara bersamaan. Biasanya, umbi-umbian rebus dijadikan sebagai kudapan.

JAKARTA, KOMPAS.com – Di Garut, lebih tepatnya di Desa Cigedug, terdapat sebuah tradisi minum teh yang unik bernama “nyaneut”.

“Nyaneut” berasal dari bahasa Sunda “nyandeutkeun” yang berarti mendekatkan atau menghubungkan.

Tradisi tersebut, menurut budayawan Garut bernama Dasep Badru Salam, berasal dari kebiasaan para petani zaman dahulu.

“Nyaneut itu kebiasaan minum teh (ngeteh) pagi-pagi banget sembari ngobrol dengan petani lain ngobrolin pertanian dan perkebunan,” kata Dasep dalam acara Festival Teh Ngabuburit Online Day 3 melalui Instagram Live @acteavist, Rabu (6/5/2020).

Dasep menuturkan bahwa neneknya juga menjalani tradisi tersebut. Setiap pukul 05.00 – 07.00 WIB, para petani di kampungnya kerap ngariung (berkumpul) di rumah neneknya hanya untuk ngeteh bersama.

Selain ngeteh, biasanya mereka juga akan makan kudapan berupa umbi-umbian rebus seperti singkong.

Tujuan dari nyaneut adalah untuk lebih mendekatkan mereka yang sudah dekat, dan mendekatkan mereka yang jauh guna menjalin tali silaturahmi.

View this post on Instagram

Gogonjakan bari ngabeungkeut rasa duduluran, di #saungnyaneut Nyadiakeun sarupaning lalawuhan sinareng cai enteh na oge (aya enteh apel, enteh lemon, enteh susu, enteh malati). Upami siang - siangna tiasa metik jeruk oge. Mangga dihaturanan wargi - wargi sadaya di saung nyaneut. Haturnuhun. Garut - Jawa Barat ____________________________________ #nyaneut #kampung_nyaneut #tradisi #teahouse #tea #greentea #etnik #localwisdom #culture #nature #hayukagarut #ngeteh #Garut #jabar

A post shared by dasep badrusalam (@dasep.badru) on May 3, 2017 at 5:38am PDT

Sudah ada sejak Sunan Gunung Jati berdakwah

Tradisi Nyaneut, menurut cerita turun temurun yang dikisahkan pada Dasep, awal mulanya dari Sunan Gunung Jati.

“Proses dakwahnya waktu itu lewat budaya, salah satunya lewat minum teh. Dakwah lewat budaya pagelaran wayang golek. Sebelum atau sesudah pagelaran, mereka suka mengumpulkan masyarakat untuk ngeteh bersama,” kata Dasep.

Melalui kalimat “hayuk urang nyandeut”, Sunan Gunung Jati menamai kegiatan tersebut sebagai “nyandeut” atau saat ini menjadi nyaneut.

Kegiatan tersebut lambat laun berubah menjadi sebuah tradisi yang menyebar di kalangan masyarakat Sunda, khususnya wilayah Priangan.

Selain para petani yang berkumpul, tradisi nyaneut yang sudah menjadi suatu kearifan lokal tersebut juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menyediakan teh untuk tamu, misalnya. Jika ada tamu yang berkunjung dan mereka tidak disuguhi teh, maka hal tersebut dianggap tidak sopan.

Dasep mengatakan bahwa dulu teh disajikan dalam wadah bambu. Baik itu gelas maupun teko. Namun hal tersebut murni karena gelas sulit dicari.

“Pakai bambu karena dataran tinggi banyak bambu. Teh yang dihidangkan memiliki rasa khas bambu. Tapi lebih dingin karena bambu tidak bisa menahan panas teh,” tutur Dasep.

View this post on Instagram

Yang gak minum #tehnyaneut , gak kekinian.. hehe.. produk tradisional khas Kampung Nyaneut. Koleksi juga peralatan minum dari bambunya. Mari cintai dan lestarikan budaya lokal, sebagai identitas suatu bangsa. #nyaneut #nyaneutfestival #tea #teahouse #saungnyaneut #kampung_nyaneut #cigedug #bamboo #tradisi #traditional #localwisdom #unik #traveller #traveladdict #culture #nature #swissvanjava #jabarprovgoid #pesonaindonesia #selusurnusantara #ragamindonesia

A post shared by dasep badrusalam (@dasep.badru) on May 24, 2017 at 6:53pm PDT

Berita selanjutnya