- Bertajuk Ketika Bulan Terbelah, pameran tunggal seniman Radhinal Indra disajikan dalam mode gelap dan terang.
17/09/2020 17:55:00

TEMPO.CO, Jakarta -Tepat setelah matahari tenggelam, keriuhan dan perdebatan menjelang penentuan 1 Ramadan dalam kalender masehi selalu bergulir hampir setiap tahun. Dua organisasi besar Islam hampir tidak pernah sejalan kapan harus memulai berpuasa dan merayakan Idul Fitri. Perbedaan titik mula Ramadan dan Syawal selalu menyisakan selisih satu hari akibat adanya interpretasi berbeda antara Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam penentuan bulan sabit muda pertama atau hilal.
Tegangan yang muncul dari tarik-menarik antara dua sudut pandang menjadi poin utama yang menarik perhatian Radhinal Indra sebagai seniman. Indra mencoba menerjemahkan ketegangan pemikiran antara kegamangan itu secara visual lewat karya dua dimensional dan sebuah instalasi. Karya Indra bisa dinikmati dalam pameran "Ketika Bulan Terbelah" bersama Rubanah Underground Hub yang bekerja sama dengan RUCI Art Space pada 15 Agustus lalu hingga 12 September 2020.
"Saya melihat ketegangan antara dua organisasi besar ini bukanlah semata-mata ketegangan keyakinan, tapi lebih kepada perbedaan metode dan prinsip dalam mengamati bulan," tutur Indra kepada Tempo, Kamis lalu.
Perbedaan pemikiran tersebut merujuk pada perbedaan tafsir kedua organisasi terhadap salah satu Hadits Riwayat Bukhari tentang Sabda Nabi Muhammad SAW mengenai Hilal, sehingga ‘membelah’ kedua kubu. Dalam interpretasi Indra, terbelahnya dua organisasi besar di Indonesia atas pengamatan hilal itu mirip seperti Ketika Nabi Muhammad SAW membelah bulan di langit.
Pria kelahiran 1989 ini pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan fokus Desain Grafis. Tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang akademis, sangat mempengaruhi proses pembuatan karyanya. Penggabungan antara wawasan ilmiah dalam penciptaan karya seninya selama ini telah menjadi faktor kuat yang selalu muncul dalam karya-karya Indra.Karya seniman Radhinal Indra berjudul Bersitegang Berhimpitan. (Instagram - @ruci.art)
Di kebanyakan karyanya, Indra selalu berfokus mencari hubungan antara benda langit dan manusia. Menurut dia, fenomena perdebatan tahunan mengenai hilal bulan untuk penentuan 1 Ramadhan ini merupakan salah satu bukti bagaimana benda langit --dalam hal ini bulan, dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia terus-menerus setiap tahun. Ia yakin perdebatan itu akan tetap muncul di tahun-tahun ke depan.
"Saya beranggapan, mungkin saja ketegangan antar dua organisasi ini adalah sesuatu yang harus kita jaga karena menjadi fondasi dalam menghargai perbedaan pendapat dan metode terhadap suatu masalah," ucap Indra.
Pengalaman personal Indra pun tak lepas dari keterikatan benda langit itu dengan kehidupan manusia. Masih kuat dalam ingatan bagaimana Indra menunggu sidang isbat tahunan yang diadakan oleh Kementerian Agama. Dari pengalaman pribadinya pun juga harus menghadapi waktu awal Ramadan dan Lebaran dilaksanakan di hari yang berbeda.
"Pengambilan keputusan ini bukan hanya persoalan agama tetapi mempengaruhi banyak hal. Contohnya, pertimbangan membeli tiket kendaraan untuk pulang kampung. Bahkan, dalam satu keluarga bisa berbeda pendapat. Ibu saya sering kali berpuasa duluan," kata Indra.
Karya-karya dalam pameran Ketika Bulan Terbelah ini dikurasi oleh Dwihandono (Doni) Ahmad. Dibuka secara tatap muka, pameran karya Indra digelar dalam dua mode, yaitu terang dan gelap. Pada pukul 11.00-16.00 diatur dalam kondisi gelap (dark mode). Kemudian pada pukul 16.00-20.00 mode pameran akan kembali terang (light mode). Penerapan dua mode itu, menurut Indra, untuk menciptakan pengalaman yang beda dalam menikmati suatu pameran seni.
"Salah satu karya yang kami tampilkan itu berupa inflatables bulan yang dapat menyala terang menerangi seluruh ruangan galeri, menurut saya akan lebih baik jika lampu galeri lain semuanya dimatikan," ujar Indra.
Dalam kurasinya, Doni Ahmad melihat penerjemahan atas perbedaan terlihat pada karya berujudul Bersitegang Berimbang. Pengulangan secara vertikal pada bentuk bulan dengan susunan membentang secara horizontal menghadirkan ilusi visual terendiri, yaitu seolah bulan tengah bervibrasi terombang-ambing ke atas dan ke bawah akibat garis edarnya yang menegang karena ditarik oleh kekuatan dari kiri dan kanan.Karya seniman Radhinal Indra berjudul Berpura-pura Berputar-putar. (Instagram - ruci.art)
Interpretasi yang sama juga terlihat pada ujung-ujung dari karya Bersitegang Meregang yang menggunakan kait-kait ber-suspensi untuk memberi ilusi getaran yang seolah muncul dari tegangan. "Pada lempeng penahan kait dinding, Indra tak lupa menuliskan beberapa kata dari hadits yang memicu perbedaan tafsir," ujar Doni.
Berbeda dari kekaryaan Indra yang sebelumnya, pameran kali ini juga menampilkan sebuah instalasi bulan yang terhimpit oleh dua mimbar. Karya berjudul Bersitegang Berhimpitan itu bercermin pada ritual tahunan yang terjadi di Indonesia. Karya ini, ujar Doni, membawa sisi-sisi yang lebih sosial terkait kehadiran dua organisasi Islam yang mempertentangkan cara melihat bulan. "Keberadaan bulan itu sendiri seolah menjadi demikian penting di masyarakat karena dibahas dan diangkat sebagai topik berargumen oleh dua organisasi massa," kata Doni.
Meski begitu, tidak semua karya Indra menunjukkan ketegangan. Karya berjudul Hilal yang Lain lebih dekat ke pemandangan daripada persoalan ketegangan sudut pandang, meski secara komposisi dan warna lebih mendekati lukisan alam benda.
Menurut Doni, lukisan ini menunjukkan sudut pandang Indra ditengah-tengah perdebatan. Doni menilai rasa keingintahuan (curious) menjadi pilihan Indra dalam menyikapi ketegangan antara dua sudut tersebut. "Keseluruhan pameran ini menjadi bentang pemandangan eksplorasi Radhinal Indra dalam menanggapi perbedaan sudut pandang," kata Doni.