- Hewan ini selalu kembali ke rumah yang dibangun dengan gaya arsitektur art deco dan art nouveau atau bergaya Eropa
Puluhan Tahun Jadi Rumah Kelelawar, Omah Lowo Disulap Incredible
Puluhan Tahun Jadi Rumah Kelelawar, Omah Lowo Disulap Incredible
01/10/2020 10:53:38

SOLO - Puluhan tahun sebuah bangunan kuno yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan No 1 Purwosari, Solo ini tak bisa dipisahkan dari hewan Kelelawar atau dalam bahasa Jawa biasa disebut Lowo.
Di sinilah hewan pengerat yang biasa beroperasi malam hari tinggal. Bahkan jumlahnya cukup banyak. Hampir setiap menjelang malam dan menjelang subuh, hewan ini selalu kembali ke rumah yang dibangun dengan gaya arsitektur art deco dan art nouveau atau bergaya Eropa. Tak heran, bila akhirnya bangunan itu dikenal oleh masyarakat Solo sebagai Omah (Rumah) lowo.
Tapi keberadaan kelelawar atau Lowo di rumah itu kini tinggal kenangan. Pasalnya, kini bangunan kuno yang masuk ke dalam Cagar Budaya itu pun sudah disulap menjadi bangunan direnovasi total oleh pemiliknya. Kesan gelap,kumuh,angker dan bau kelelawar tak ada lagi.
Yang ada kini cahaya lampu terang benderang menghiasi seluruh bangunan tersebut. Ya, hampir 2,5 tahun, pemilik omah lowo, yang kebetulan juga pemilik dari sebuah pabrik batik ternama di Kota Solo telah merehab habis-habisan omah tersebut. Seluruh bangunan yang terbagi dalam tiga bangunan dan diberi label, Gedung A,B,dan C, akan difungsikan sebagai gerai sebuah batik hingga kafe.
Lantas siapa pemilik pertama omah lowo ini?
Lina Tjokrosaputro pemilik rumah Lowo saat ini menceritakan pemilik Omah Lowo ini adalah Sie Djian Ho sekira era 1920-an. Sie Djian Ho merupakan leluhur dari mendiang Suaminya. Sie Djian Ho adalah seorang saudagar yang cukup terpandang di masa itu. Dahulunya Omah Lowo ini difungsikan sebagai tempat tinggal Sie Djian Ho.
"Namun karena banyak faktor,kepemilikan Omah Lowo baru kembali ke keluarga sang suami pada 2016 lalu,"Jelas Lina,Rabu (30/9/2020).
Menurut Lina,Omah Lowo ini terdiri dari tiga bangunan, yakni A (bangunan utama), B (tengah), C (belakang). Sie Djian Ho ini tinggal di bangunan A dan B. Lina bersyukur, sebelum akhirnya rumah yang pernah ditempati leluhurnya ini, tepat di belakang gedung A dan B, keluarga pengusaha batik ini membeli gedung C terlebih.
Dan akhirnya rumah yang sempat dipakai sebagai gedung kantor veteran ini ditawarkan pada mendiang suaminya. Karena ada nilai historis bagi keluarganya, maka mendiang suaminya membeli kembali rumah tersebut. Dan pada tahun 2014, rumah itu pun didaftarkan sebagai benda cagar budaya dengan kepemilikan Batik Keris.
“Waktu suami saya masih sehat, rumah ini memang ditawarkan. Dan karena ada nilai histori dengan suami saya, maka suami saya membelinya kembali. Karena, Opa dan omanya tinggal di sini. Tepat pada Mei 2016 rumah ini kembali ke keluarga suami,” imbuhnya.